Enteritis Pada Hewan

Radang usus yang bersifat akut maupun kronis dapat mengakibatkan peningkatan peristaltik usus, kenaikan jumlah sekresi kelenjar pencernaan serta penurunan proses penyerapan cairan maupun sari-sari makanan yang terlarut di dalamnya. Radang usus primer maupun sekunder ditandai dengan menurunnya nafsu makan, menurunnya kondisi tubuh, dehidrasi dan diare. Perasaan sakit karena adanya radang usus bersifat bervariasi, tergantung pada jenis hewan yang menderita serta derajat keradangan yang dideritanya (Subronto, 1995). Radang ini dicirikan dengan kehilangan perakut gerakan mukosal intestinal dengan perpindahan secara cepat dari darah, cairan dan elektrolit ke lumen usus. Dehidrasi dan shock hipovolemik terjadi secara cepat. Translokasi dari bakteri atau toksin bakteri akanmenyebabkan kerusakan mukosa intestinum dan mengakibatkan shock septik atau shock endotoksik. Elektrolit, terutama Natrium dan Kalium ikut hilang

Radang Lambung pada Anjing dan Kucing (Gastritis Hewan Kecil)

Gastritis yaitu keradangan dan kerusakan mukosa yang muncul sebagai respon rangsangan yang melibatkan mukosa gastrium.

Gastritis yang berlangsung akut pada hewan kecil biasanya disebabkan karena makan berlebihan, ingesti sampah atau makanan beracun. Makan yang berlebihan pada anjing terutama dengan pakan yang mudah difermentasi dan pakan yang sulit dicerna dapat menimbulkan gastrits akut. Agen penyebabnya yaitu makanan yang terfermentasi, bakteri, enterotoksin dan mikotoksin. Ingesti benda asing seperti logam, plastik, tulang, bahkan rumput juga bisa menyebabkan gastritis. Agen infeksi seperti coronavirus, parvovirus, canine distemper juga dapat menimbulkan lesi mukosa gastrium. Gastritis akut juga dapat terjadi karena reaksi alergi, makanan misalnya. Kondisi seperti uremia, gangguan hati, shock, sepsis atau stress juga

Identifikasi, Siklus Hidup, Patogenesa, Gejala Klinis dan Diagnosa Parasit ; Sarcoptes


 etiologi 

Sarcoptes spp merupakan parasit tungau yang mampu menyerang berbagai hewan mamalia dan manusia. Menyebabkan infeksi kulit yang menimbulkan rasa gatal yang menjengkelkan yang berupa kudis. Banyak berbagai jenis penyebab kudis diantaranya Sarcoptes scebiei var. suis yang biasa menyerang pada domba, Sarcoptes scebiei var. bovis yang menyerang pada sapi, Sarcoptes scabiei var. canis biasanya menyerang pada anjing dan lain sebaginya. Biasanya nomenklatur sarcoptes didasarkan pada sepesies hospes yang diserangnya, dalam hal pengendalian penyakit pengetahuan seperti ini penting, karena parasit ini dapat pindah dari hospes satu ke hospes yang lain. Walaupun begitu, ada juga yang menganggap sarkoptes-sarkoptes tersebut hanyalah satu. Hal ini berdasarkan parasit ini dapat berpindah dari hospes satu ke hospes lain, yang

Antihistamin, Penggunaan dan Eliminasinya dari Tubuh

Antihistamin adalah kelompok obat yang mencegah kerja histamina dalam tubuh. Histamina merupakan zat yang diproduksi oleh tubuh yang keluar sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu, misalkan pada reaksi alergi terhadap rangsangan benda asing. Antihistamin dibagi dalam dua kelompok, antihistamin 1 (AH1) dan antihistamin 2 (AH2). AH1 mencegah kerja histamina di kulit, saluran napas, dan pembuluh darah, sehingga dapat dipakai untuk mencegah reaksi alergi dan mengurangi sesak napas pada asma. AH2 digunakan untuk mencegah produksi asam lambung berlebih, sehingga banyak digunakan untuk mengobati sakit maag. (Anonim , 2003)


Kucing : Faktor Penyebab Terjadinya Keguguran (Abortus)


Keguguran dapat disebabkan oleh agen infeksi atau non-infeksi. Agen infeksi meliputi bakteri, virus dan protozoa. 


 agen infeksi 


 bakteri  

Bakteri yang menyebabkan pregnancy loss jarang sekali dilaporkan terjadi pada kucing. Contohnya pada kasus distokia dan stillbirth pada anak kucing biasanya disebabkan karena adanya asosiasi antara kondisi lingkungan dengan kontaminasi dari Salmonella typhimurium, yang berasal dari pakan kasar untuk semua kucing di tempatnya [31].

Kemudian pada kasus yang lain, percobaan dengan menggunakan infeksi dari Bartonella henselae akan menyebabkan terjadinya sub-fertilitas pada induk kucing, akan tetapi bakteri tidak menular lewat kopulasi, tranplasenta atau lewat colostrum dan susu.

Kucing : Abnormalitas Kebuntingan



 eclampsia  

Eclampsia atau hypokalsemia sering terjadi pada kucing yang melakukan laktasi pada anak kucing dalam jumlah banyak dan pernah juga terjadi pada kucing bunting 3-17 hari sebelum partus. Tidak ada korelasi antara diet dengan terjadi eclampsia. Gejala dari eclampsia tidak spesifik meliputi kelesuan, anoraksia, faskulisasi dan tremor pada otot, dehydrasi, kelelahan, kepucatan, hypothermia, dyspnea dan atau tachypnea dan bradicardia. Diagnosa dapat dilakukan dengan melihat adanya abnormalitas dari kadar kalsium dalam darah yang rendah. Hal itu menyebabkan adanya gangguan pada kucing terutama dalam hal pengaturan kalsium dalam darah sehingga kucing perlu mendapatkan tambahan kalsium secara per oral selama satu bulan setalah partus.

Kucing : Karakteristik Kebuntingan Normal

Litter size

Rata-rata litter size pada kucing adalah 4 anak kucing per litter dan bervariasi tergantung pada jenisnya. Banyaknya perkawinan tidak ada hubungannya dengan litter size. Pernah dilaporkan dalam satu indukan melahirkan 18 anak kucing melalui ovariohysterectomi. Pada kebuntingan normal induk kucing diamati cervix uterus tidak jelas selama diestrus dan kebuntingan dan juga tidak ada perubahan pada vulva. Pada akhir kebuntingan anemia normosistik dan normokromik dengan reticulocytosis sering terjadi .


Kucing ; Kondisi Hormon pada Periode Kebuntingan

Tiga hormon yang penting selama kebuntingan adalah estradiol-17β, LH dan progesterone yang masing-masing disekresikan dalam kadar yang berbeda selama masa kebuntingan induk kucing.
Estrogen

Pada awal kebuntingan, kadar dari estradiol-17β dalam darah berfluktuasi sepanjang baseline, dan akan meningkat pada satu minggu sebelum partus. Kadar dari LH dalam darah juga berfluktuasi sepanjang baseline pada awal kebuntingan dan kadarnya akan semakin turun sampai waktu partus .

Radang Mulut (Stomatitis) pada Hewan


Radang mulut atau stomatitis adalah gangguan yang berupa radang pada selaput lendir rongga mulut. Radang pada alat terterntu dalam rongga mulut mungkin diberi istilah khusus, misalnya radang lidah (glositis), radang gusi (gingivitis), radang langit-langit (palatitis), secara klinis gangguan pada mulut ditandai dengan anoreksia, partial atau total, hipersalivasi dan sering diikuti dengan penutupan bibir agak kuat (smacking). Proses radang bias bersifar primer atau sekunder, sebagai akibat ikutan dari penyakit sistemik
Secara primer kejadian yang terbanyak disebabkan oleh penyebab yang bersifat fisik, misalnya benda asing yang ikut termakan seperti potongan kayu kawat duri dan sebagainya. Juga penggunakan alat-alat kedokteran seperti pembuka mulut, dapat menyebabkan radang traumatic bila tidak hati-hti menggunakannya. Gigi yang salah arah tumbuhnya dapat menyebabkan radang pad gusi, lidah dan pipi. Secara teori apabila termakan atau sengaja diberikan bahan kimia juga dapat menyebabkan iritasi jaringan selaput lender yang mungkin berlanjut dapat menyebabkan radang pada mulut.

Radang sekunder timbul sebagai kelanjutan dari penyakit menular maupun tidak menular yang disebabkan oleh kuman virus dan jamur. Virus akan mengakibatkan lesi jaringan yang beraneka ragam manifestasinya. Infeksi jamur terjadi setelsh keadaan setempat bersifat mendukung untuk pertumbuhan jamur. Kondisi tubuh yang menurun, infeksi viral dan penggunaan antibiotic yang berlebihan sering merupakan faktor prediposisi untuk bertumbuhnya jamur

Pada kejadian primer oleh kerjaan agen penyebab radang, akan berbentuk lesi pada selaput lendir mulut. Karena adanya radang terjadi kebengkaan yang diertai dengan nyeri. Hal tersebut akan merangsang keluarnya air liur yang berlebihan. Juga karena rasa nyeri nafsu makan akan tertekan. Pada radang yang bersifat sekunder, patogenesisnya belum diketahui secara pasti

Perubahan yang dijumpai pada radang mulut bervariasi tergantung dari macam dan derajat radang. Secara umum perubahan tersebut meliputi kongesti jaringan yng bersifat difus hingga selaput lender jadi bengkak; apabila terdapat lepuh, vesikula dengan cairan jernih di dalamnya. Lepuh yang pecah akan segera diikuti dengan kematian jaringan. Dapat pula setelah pecah lepuh berbentuk tukak, ulsera hingga terjadi radang yang sifatnya ulceratif. Pada radang papulosa biasanya melanjut dengan pembentukan jaringan granulomatosa. Proses radang yang meluas yang disertai dengan pembusukan jaringan akan dijumpai pada radang flegmonosa.

Gejala klinis yang ditemukan bervariasi tergantung jenis radang maupun penyebabnya. Secara garis besar gejala tersebut berupa, hilangnya nafsu makan, rasa sakit waktu mengunyah, penderita berulang kali membuka mulut, hipersalivasi, mulut berbau busuk disertai dengan kenaikan suhu. Apabila disertai dengan kenaikan suhu, biasanya kenaikan tersebut tidak begitu menyolok. Pada radang yang disebabkan oleh infeksi kuman, tidak jarang suhu akan naik sesuai dengan derajat infeksi serta reaksi tubuh

Dalam keadaan ringan, radang primer dapat sembuh, baik dengan atau tanpa pengobatan

artikel terkait :
  1. Gejala Klinis dan Langkah Menentukan Diagnosa Gejala Peritonitis
  2. Diare ; Penyebab dan Mekanismenya
  3. Urolithiasis / Kencing Batu pada Anjing dan Kucing 
  4. Gejala, Patogenesa dan Diagnosa Radang Ginjal (Nephritis) pada Hewan 
  5. Enteritis pada Hewan 
  6. Radang Lambung Pada Anjing dan Kucing (Gastritis pada Hewan Kecil) 
  7. Kucing : Faktor Penyebab Keguguran 
  8. Kucing ; Abnormalitas Kebuntingan
  9. Kucing : Karakteristik Kebuntingan Normal
  10. Kucing ; Kondisi Hormon pada Masa Kebuntingan

Diare ; Penyebab dan Mekanismenya

Diare merupakan peningkatan frekuensi pengeluaran feses yang mengandung air melebihi normal (Lewis et al, 1992; Nelson, RW and Couto, CG., 2003). Faktor penyebab diare dapat dikelompokkkan dalam 3 kelompok (Kirk and Bistner, 1985) :
  1. Gangguan fungsional - alergi makanan dan obat, cacat digesti, cacat absorpsi dan aspek psikologi.
  2. Penyakit metabolik atau penyakit umum yang mempengaruhi saluran pencernaan – uremia, congestive heart failure, liver chirrhosis, hypoadrenocorticism, dan keracunan logam berat.
  3. Penyakit intrinsik pada usus – bakteri, fungi, protozoa, metazoa parasit, virus dan radang non spesifik.
Mekanisme terjadinya diare dapat dibedakan dalam beberapa tipe (Lewis et al, 1992) :
  1. Perubahan motilitas usus Perubahan motilitas usus dapat terjadi sebagai akibat adanya radang usus, sehingga usus (terutama usus besar) tidak mampu menahan laju isi usus dan terjadi diare.
  2. Sekresi aktif Sekresi aktif dapat disebabkan karena kerusakan usus atau karena penyakit sistemik seperti congestive heart failure ataupun hepatic congestion. Kedua penyakit tersebut menyebabkan peningkatan tekanan hidrolik pada vena mesenterica sehingga mendorong keluarnya cairan ke lumen usus.
  3. Sekresi pasif / peningkatan osmolalitas Peningkatan osmolalitas dapat disebabkan oleh maldigesti akibat kekurangan enzim pancreatik, garam empedu ataupun enzim disakaridase. Kekurangan enzim-enzim tersebut akan menyebabkan karbohidrat, lemak, protein tidak terabsorbsi dengan baik. Pakan yang tidak terabsorbsi tersebut akan diubah menjadi asam laktat dan asam lemak volatil oleh bakteri di kolon. Ini akan menyebabkan penurunan pH (asam) dan peningkatan osmolalitas, yang akhirnya menimbulkan watery diare.
  4. Peningkatan permeabilitas (exudatif) Peningkatan permeabilitas dapat disebabkan karena adanya toxin bakteri yang menyerang sel epitel gastrointestinal. Rusaknya epitel akan menyebabkan aktivasi enzim adenylcyclase yang akan mengkatalis perubahan ATP menjadi cyclic AMP. Cyclic AMP ini akan meningkatkan permeabilitas sel.
Berdasarkan lamanya, diare dapat dibedakan menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut biasanya disebabkan oleh pakan, parasit ataupun karena penyakit infeksi. Diare kronis pada hewan, pertama kali harus dicurigai adanya parasit seperti nematoda, Giardia, Tritrichomonas. Parasit ini dapat diketahui dengan pemeriksaan feses. Pada diare kronis perlu dibedakan penyebabnya pada usus halus atau usus besar ( Nelson, RW and Couto, CG., 2003).

Kehilangan cairan dan elektrolit merupakan akibat dari diare yang perlu diwaspadai. Air, sodium, chloride, bicarbonat dan potassium merupakan unsur-unsur utama yang hilang dari tubuh. Kehilangan air, sodium dan chloride akan menyebabkan dehidrasi. Kehilangan bicarbonat akan menimbulkan asidosis metabolik, sedangkan kehilangan potassium akan menyebabkan kelemahan, penurunan nafsu makan ( Lewis, et al., 1992).


artikel terkait :
  1. Gejala Klinis dan Langkah Menentukan Diagnosa Gejala Peritonitis
  2. Radang Mulut (Stomatitis) pada Hewan 
  3. Urolithiasis / Kencing Batu pada Anjing dan Kucing 
  4. Gejala, Patogenesa dan Diagnosa Radang Ginjal (Nephritis) pada Hewan 
  5. Enteritis pada Hewan 
  6. Radang Lambung Pada Anjing dan Kucing (Gastritis pada Hewan Kecil) 
  7. Kucing : Faktor Penyebab Keguguran 
  8. Kucing ; Abnormalitas Kebuntingan
  9. Kucing : Karakteristik Kebuntingan Normal
  10. Kucing ; Kondisi Hormon pada Masa Kebuntingan

Gejala Klinis dan Langkah Menentukan Diagnosa Gejala Peritonitis

Peritoneum adalah membran yang terdapat di antara rongga pelvis dan abdominal, dan menutup sebagian besar abdominal viscera. Peritoneum tersusun atas lapisan mesothelium yang disokong lapisan tipis dari jaringan ikat. Peritoneum parietalis merupakan bagian yang memisahkan rongga abdomen dan rongga pelvis. Peritoneum visceral menutup permukaan eksternal organ abdominal, termasuk traktus intestinal (Bowen, 2006).
 
Peritonitis adalah suatu radang pada peritoneum. Ada dua jenis peritonitis. Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran suatu infeksi dari darah dan nodus limfatikus ke peritoneum. Jenis ini jarang ditemukan atau kurang dari 1% dari semua kasus peritonitis merupakan peritonitis primer. Peritonitis sekunder disebabkan oleh masuknya bakteri atau enzim ke dalam peritoneum dari traktus gastrointestinal, kontaminasi zat kimia, pankreatitis, piometra, juga ruptur vesica urinaria (Tilley, 1997).

Gejala Klinis
  • nyeri (sakit) pada abdomen
  • perut membesar akibat akumulasi cairan (ascites)
  • demam (tidak menentu)
  • mungkin muntah.
  • anoreksia
  • hipotensi
  • oligouria

DIagnosa

Pertama, melakukan suatu pengujian fisik untuk menentukan apakah perawatan untuk mengoreksi masalah dasar adalah perlu. Pada uji fisik akan terasa tekanan abdomen yakni untuk mendeteksi kebengkakan dan kelembutan. Mungkin terdengar bunyi usus dan kesukaran bernafas, tekanan darah yang rendah, dan tanda-tanda dehidrasi. Prosedur yang dapat dilaskukan untuk mengkonfirmasi diagnosa peritonitis :
  • Pemeriksaan darah : mengidentifikasi mikrorganisme
  • Sampel cairan dari abdomen : mengidentifikasi mikroorganisme
  • CT scan : mengidentifikasi cairan di abdomen, suatu akumulasi dari nanah, atau organ yang terkena infeksi
  • X-ray : mendeteksi gas di abdomen
  • Peritoneal lavage : sejumlah cairan disuntikkan ke dalam peritoneum (Bowen, 2006)

 
 Faktor berikut mungkin meningkat pada kejadian peritonitis primer :
  • penyakit liver (sirosis)
  • kerusakan pada ginjal
  • akumulasi cairan di abdomen
  • radang di daerah pelvis

Faktor resiko pada kejadian peritonitis sekunder :
  • Appendicitis (inflammation of the appendix)
  • Ulcers
  • Usus muntir
  • Radang pada vesica urinaria
  • Kerusakan pada pancreas
  • Penyakit radang usus, seperti Crohn's disease atau ulcerative colitis
  • Trauma
Gambaran laboratorik
  • leukositosis, neutrofilia, limfopenia
  • peningkatan protein plasma
  • anemia
  • hiperfibrinogenemia
  • proteinuria ada eksudat serosa