Sebenarnya ada dua jenis parvovirus yang menyerang anjing, yaitu Canine Parvo Virus Type-1 (yang disebut Minute Virus of Canines / MVC) dan Canine Parvo Virus Type-2 (CPV-2). Secara antigenik kedua virus ini berbeda. CPV-1 jarang menyebabkan enteritis dan gangguan respirasi pada anak anjing, munculnya tidak pasti, dan patogenitasnya serta tingkat keparahan infeksinya pada anjing belum diketahui dengan pasti. Sehingga etiologi parvovirus pada anjing lebih mengacu pada CPV-2. (Carter, 2003)
CPV-2 adalah anggota genus Parvovirus yang termasuk dalam genus Parvoviridae. Anggota Parvovirus ini menginfeksi vertebrata dan bereplikasi secara bebas. (Fenner, 1995). Virus Parvo sangat kecil dengan DNA tak berselubung (non envelope DNA) yang berisi virus yang membagi secara sangat cepat. Virus ini juga sangat stabil dalam kondisi lingkungan (pH dan suhu lingkungan) juga dapat bertahan hidup sangat lama pada baju, lantai kandang, alat – alat makan dan minum anjing. (Dharmojono, 2001).
Ketika ditemukan tahun 1978, sebagian besar anjing yang diserang adalah anak anjing yang berumur dibawah 3 bulan dan sisanya, sebanyak 2 – 3 % adalah anjing dewasa. CPV-2 ini terutama menyerang anjing muda karena sistem imunnya masih rendah. CPV-2 senang tumbuh pada sel yang sedang mengalami pembelahan secara aktif. Pada anjing muda, konsentrasi terbesar dari sel yang aktif membelah adalah pada lapisan usus, sehingga CPV-2 banyak menyerang bagian ini. (Baxter, 2002).
Karena beberapa sebab yang belum diketahui dengan pasti, anjing ras Rottweillers, Doberman, Pinschers dan beberapa ras anjing lain yang berwarna hitam dan kecoklatan mudah terserang parvo. Selain itu pada anjing jenis ini, kematian karena parvo lebih cepat terjadi dengan kemungkinan sembuh lebih kecil dari ras lain. (Klinkam,2000). Beberapa peneliti menyatakan bahwa pada ras – ras tersebut terdapat “genetic lineages” tapi belum ada bukti yang pasti. (Dharmojono, 2001).
CPV-2 adalah anggota genus Parvovirus yang termasuk dalam genus Parvoviridae. Anggota Parvovirus ini menginfeksi vertebrata dan bereplikasi secara bebas. (Fenner, 1995). Virus Parvo sangat kecil dengan DNA tak berselubung (non envelope DNA) yang berisi virus yang membagi secara sangat cepat. Virus ini juga sangat stabil dalam kondisi lingkungan (pH dan suhu lingkungan) juga dapat bertahan hidup sangat lama pada baju, lantai kandang, alat – alat makan dan minum anjing. (Dharmojono, 2001).
Ketika ditemukan tahun 1978, sebagian besar anjing yang diserang adalah anak anjing yang berumur dibawah 3 bulan dan sisanya, sebanyak 2 – 3 % adalah anjing dewasa. CPV-2 ini terutama menyerang anjing muda karena sistem imunnya masih rendah. CPV-2 senang tumbuh pada sel yang sedang mengalami pembelahan secara aktif. Pada anjing muda, konsentrasi terbesar dari sel yang aktif membelah adalah pada lapisan usus, sehingga CPV-2 banyak menyerang bagian ini. (Baxter, 2002).
Karena beberapa sebab yang belum diketahui dengan pasti, anjing ras Rottweillers, Doberman, Pinschers dan beberapa ras anjing lain yang berwarna hitam dan kecoklatan mudah terserang parvo. Selain itu pada anjing jenis ini, kematian karena parvo lebih cepat terjadi dengan kemungkinan sembuh lebih kecil dari ras lain. (Klinkam,2000). Beberapa peneliti menyatakan bahwa pada ras – ras tersebut terdapat “genetic lineages” tapi belum ada bukti yang pasti. (Dharmojono, 2001).