Vomitus/muntah (secara medis disebut dengan istilah emesis dan secara informal dikenal sebagai lemparan balik dan sejumlah istilah lain yang disematkan pda proses ini) adalah suatu peristiwa ekspulsif yang sangat bertenaga yang mengeluarkan isi perut melalui mulut dan terkadang juga melalui hidung. Di awali dengan perasaan tidak nyaman yang berlanjut kemudian dengan vomitus/muntah disebut dengan nausea (mual). Vomitus/muntah bisa saja disebabkan oleh penyakit yang berasal dari GIT atau di luar GIT. Penyakit GIT yang bisa merangsang terjadinya muntah :
- Obstruksi (benda asing, intussepsi, neoplasia, volvulus, torsi mesenterik, konstipasi)
- Infeksi virus (parvo, distemper, coronavirus)
- Infeksi bacteri (salmonella, camphylobacter)
- Parasit ( Trichuris, Giardia, Physaloptera, Ollulanus trycuspis, koksidia, ascarida, racun salmon)
- Ulcerasi duodenum, perforasi GIT
Penyebab non-GIT :
- Penyakit sistemik (gagal ginjal, gagal hepar, sepsis, asidosis, ketidakseimbangan elektrolit)
- Ketidak seimbangan endokrin (hipoadrenocorticism, diabetic ketoacidosis, no kerotic hiperosmolar diabetes)
- Problem syaraf (syndrome vestibular, meningitis, enchepalitis, CNS, trauma)
- Obat2an dan racun
- Penyakit abdomen (pancreatitis, peritonititis, pyometra, pyelonephritis)
- Anaphylaxis
- Heat stroke, dietary indiscretion, motion sickness
PATO-PHISIOLOGY
Vomitus merupakan suatu reaksi tubuh yang berupa reaksi humoral maupun reaksi neural yang keduanya dikendalikan oleh pusat muntah yang berada di medulla oblongata. Faktor-faktor humoral secara tidak langsung dapat menyebabkan muntah dengan jalan merangsang pusah muntah yang berada di atas medulla oblongata, sebelah caudal dari ventrikel ke 4 otak, yang lebih dikenal dengan CRTZ (chemoreseptor trigger zone), yang tidak sepenuhnya terindungi oleh sistem blood-brain barrier , sehingga CTRZ dapat mendeteksi rangsang muntah yang sampai melalui darah atau faktor etyologi muntah yang lainnya. Sedangkan stimulasi muntah yang disampaikan melalui jalur syaraf, terjadi melalui jalur syaraf vagus, simpatik, vestibular dan cerebrocortical. Reseptor – reseptor untuk syaraf ini sendiri tersebar merata di GIT, organ abdomen, peritoneum, dan pharynx
Vomitus merupakan suatu reaksi tubuh yang berupa reaksi humoral maupun reaksi neural yang keduanya dikendalikan oleh pusat muntah yang berada di medulla oblongata. Faktor-faktor humoral secara tidak langsung dapat menyebabkan muntah dengan jalan merangsang pusah muntah yang berada di atas medulla oblongata, sebelah caudal dari ventrikel ke 4 otak, yang lebih dikenal dengan CRTZ (chemoreseptor trigger zone), yang tidak sepenuhnya terindungi oleh sistem blood-brain barrier , sehingga CTRZ dapat mendeteksi rangsang muntah yang sampai melalui darah atau faktor etyologi muntah yang lainnya. Sedangkan stimulasi muntah yang disampaikan melalui jalur syaraf, terjadi melalui jalur syaraf vagus, simpatik, vestibular dan cerebrocortical. Reseptor – reseptor untuk syaraf ini sendiri tersebar merata di GIT, organ abdomen, peritoneum, dan pharynx
MANIFESTASI KLINIS
Tingkat keparahan dari gejala klinik yang terjadi bergantng pada durasi dan keparahan dari vomitus itu sendiri dan etiology yang menyebabkannya. Hewan yang mengalami vomitus bisa berada dalam berbagai tingkat dehidrasi (membran mukosa yang pucat, CRT >3 detik, penurunan turgor kulit) atau hipovolemia (tachycardia, membran mukos yang pucat)
Rasa sakit pada abdomen, baik itu dalam area terlokalisir atau yang sudah difus ke seluruh bagian abdomen, akan menjadi sebuah ciri dari keberadaan torsi mesenterium, GDV, GI obstruction, pancreatitis, pyelonephritis, perforasi atau usus yang mengalami ulcerasi, peritonitis dan HGE. Sedikitnya rasa sakit pada abdomen yang dapat terdeteksi tidak menyisihkan kemungkinan adanya penyakit bedah. Hewan dengan tingkat hipovolemia yang parah (hewan tersebut mengalami vomi yan panjang dan parah), atau pada hewan yang mengalami shock (misalkan pada hewan yang mengalami hipoadrenal krisis, GDV, Torsi mesenterium, dan HGE) bisa jadi akan menunjukkan gejala hipothermia. Sedangkan hipothermia (demam) akan terjadi pada beberapa kasus lainnya seperti neoplasia, infeksi, dan proses radang.
Gejala klinis terkait dari komplikasi kejadian vomitus bisa saja terjadi. Hewan yang mengalami pn.aspirasi akan mengalami peningkatan frekuensi dan usaha untuk bernafas, atau abnormalitas suara bronchovesicular ketika dilakukan auscultasi
DIFFERENTIAL DIAGNOSES
Vomitus harus dibedakan dari regurgitasi dan disphagia dari sudut etyologi dan metode yang diperlukan untuk dapat mendiagnosa pun menjadi berbeda.
Vomitus sendiri terbagi menjadi 3 tahap yang berurutan. Tahapan yang pertama ditandai dengan nausea, yang dicirikan dengan hipersalivasi, gerakan menelan, gerakan menjilat – jilat dari lidah hewan tersebut, peka, depresi dan tubuhnya menggigil. Tahap kedua ditandai dengan ‘retching’, yang dicirikan dengan kontraksi yang kuat dari otot perut melawan glottis yang berada dalam keadaan menutup. Pada tahap ketiga seluruh isi dari lambung dimuntahkan melalui mulut.
Regurgitasi biasanya mengindikasikan adanya disfungsi dari oesophagus. Selama proses regurgitasi, bak cairan atau makanan bergerak mundur kembali dari oesophagus menuju cavum nasi atau/dan cavum oris. Tidak terdapat sindrom prodromal dan juga tidak terdapat usaha dari perut untuk mengeluarkan isinya (terkait dengan regugitasi). Walaupun keduanya adalah 2 sindrome yang berbeda tapi keduanya tidak menunjukkan hubungan yang erat. Oesophagitis yang disebabkan oleh karena muntah yang terus menerus dapat mengakibatkan terjadinya regugitasi.
Di definisikan sebagai suatu kesulitan atau kesakitan dalam menelan makanan. Keadaan ini bisa terjadi karena adanya masalah dalam mulut, pharynx, atau bagian proksimal dari oesophagus. Gejala klinis yang timbul adalah muntah, berusaha menelan dengan sangat, mengeluarkan saliva yang sangat, tidak nyaman saat mengunyah atau menelan, atau mengalami regurgitasi segera setelah makan.
DIAGNOSIS
Karena muntah merupakan gejala yang tidak spesifik mengarah pada salah satu penyakit tertentu. Pemeriksaan fisik akan memberikan informasi yang cukup penting tentang vomitus. Palpasi daerah abdomen bisa saja mengarah ke suatu diagnosa, atau paling tidak membantu dalam mengumpulkan data dalam rangka menyusun suatu diagnosa terhadap keadaan – keadaan seperti intussussepsi, benda asing di GIT, intra-abdominal neoplasia, atau GDV. Pada hewan yang telah mengalami suatu penyakit yang telah bersifat sistemik, maka dianggap perlu untuk dilakukan pengamatan terhadap CBC, serum darah, urinalysis, dan pemeriksaan radiografis
Terminologi :
- GIT : Gastro Intestinal Tracts : Traktus Gastro Intestinal : Satu Kesatuan Saluran Pencernaan, di awali dengan cavum oris ( rongga mulut, termasuk bibir, sampai anus/rektum)
- GI : Gastro Intestinal : Saluran Pencernaan
- CRTZ : Chemoreseptor Trigger Zone : adalah sebuah area pada medulla oblongata yang menerima input sinyal yang berasal dari obat yang terkandung di dalam darah ataupun hormon, dan mengkomunikasikannya dengan pusat muntah untuk menginisisasi proses muntah. neuro transmitter yang menimbulkan efek pada pusat kontrol mual dan muntah termasuk asetilkolin, dopamin, histamin (Reseptor H-1), Subtansi P (reseptor NK-1) dan serotonin (reseptor 5-HT3).
- CRT : Capillary Refill Time : Jeda Waktu untuk kembali kapiler darah terisi
- CBC : Cells Blood Count : Penghitungan Jumlah Sel Darah
- CNS : Central Nervous System : Sistem Syaraf pusat
- HGE : Hemorrhagic Gastroenteritis :Radang Saluran Pencernaan sampai dengan timbulnya unsur perdarahan
- GDV : Gastrium Dilatation/Volvulus : Dilatasi Gastrium/Lambung,