Bovine spongiform encephalopathy (BSE), adalah penyakit prion fatal yang terjadi pada ternak, dapat terjadi dengan gejala klinis ketakutan, hiper-reaktivitas dan ataksia. Tanpa agen penyebab yang dapat diisolasi, kasus hanya bisa dikonfirmasi secara meyakinkan pada kondisi post-mortem oleh akumulasi protein prion (PrPSc, PrPd atau PrPres) dalam sistem saraf pusat (SSP), suatu bagian isoform yang resisten terhadap enzym protease yang merupakan protein hasil produksi tubuh individu hospes. Hipotesa prion mengajukan gagasan bahwa agen seutuhnya terdiri atas PrPSc, yang mampu merangsang konversi PrPC. Sampai dengan saat ini fungsi PrPC masih belum diketahui dengan jelas. Terdapat alternatif
hipotesa seperti asal-usul virus atau bakteri atau faktor faktor lain seperti ketidakseimbangan mineral namun masih beluk terbukti kebenarannya. Dasar bagi variasi strain prion amsih belum jelas, namun dalam hipotesa prion, strain dikodekan dalam konformasi yang berbeda dari protein.
Laman Wikipedia menuliskan bahwa Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE), yang lebih dikenal dengan terminologi penyakit sapi gila (Mad Cow), adalah sebuah penyakit neurodegeneratif yang bersifat fatal yang terjdi pada sapi yang mengakibatkan degenerasi hingga menyerupai struktur spon pada organ otak dan saraf tulang belakang.
Karakterisasi secara patologis dan biomolekuler menunjukkan bahwa kondisi epidemi disebabkan oleh satu strain tunggal, dan secara konsisten perubahan neuropatologi yang khusus dan gambaran molekuler PrPSC pada hewan terjangkit selalu digunakan sebagai dasar untuk definisi kasus BSE. Sejak Tahun 2003, laporan terhadap variasi patologi dan/atau karakteristik molekuler pada ternak sapi yang sudah dewasa pada bebepara negara telah mengindikasikan kemungkinan variasi strain. Kebanyakan kasus ditemukan melalui aktivitas surveillans aktif terhadap populasi yang bukan merupakan tersangka menggunakan metode cepat immunodeteksi PrP. Sampai sejauh ini, kurang lebih 50 kasus BSE telah terjadi dan dikenali sebagai gambaran molekuler yang berbeda dengan menggunakan metode western immunoblotting, jika dibandingkan dengan daerah yang merupakan epidemi BSE. Karena deteksi terhadap kebanyakan kasus ini dari kegiatan aktif surveillans, hubungan antara data data diagnosa dengan anamnesa menjadi lemah, dan kebanyakan hanya berfokus pada data-data immunoblotting. Sebuah fitur umum yang menarik adalah bahwa sebagian besar karakteristik varian ini berasal dari ternak yang lebih tua. Data uji biomolekuler awal mendukung hipotesa bahwa isolat tersebut berbeda secara biologik dari BSE klasik. Masih belum diketahui apakah kasus atipikal BSE memiliki relevansi dengan bentuk prion pada manusia. Pada masa sekarang ini, kasus atipikal BSE muncul sebagai 2 tipe khusus yang berbeda yang diklasifikasikan menurut massa molekuler dari pita protein unglycostilated PrPres dibandingkan dengan BSE klasik. Satu tipe memiliki massa molekul protein yang besar (tipe-H) dan yang lainnnya memiliki massa molekuler yang rendah (tipe L).
Kajian epidemiologi menetapkan bahwa BSE terjadi sebagai suatu penyakti yang dapat dengan mudah menyebabkan kondisi epidemi terhadap penyakit ini, melalui paparan terhadap bahan pakan. BSE terjadi pada banyak negara meskipun dengan tingkat insidensi yang lebih rendah daripada tingkat insidensi di Inggris. Dari kebanyakan kasus yang terjadi sepertinya terjadi secara langsung atau tidak langsung dari kegiatan ekspor ternak sapi yang terinfeksi atau dari tepung tulang dan daging yang telah terinfeksi, dengan propagasi lokal berikutnya melalui peralata pakan yang terkontaminasi. Namun , pada beberapa negara , kasus yang terjadi merefleksikan paparan yang terjadi pada area tersebut.
Tidak ada bukti penularan horizontal dan hanya terdapat sedikit data untuk mendukung transmisi secara maternal. Studi belum mengungkapkan bukti risiko dari air mani, susu atau embrio terhadap transmisi protein prion penyebab BSE.
Level epidemi dari BSE telah mengalami penurunan, dan menunjukkan keberhasilan kontrol terhadap bentuk perubahan dalam insidensi berdasarkan usia tertentu. Interpretasi terhadap status epidemi telah diperdalam dengan aktivitas surveillans aktif dalam mendeteksi hewan yang terjangkit namun tidak menunjukkan gejala klinis.
Bersumber dari laman CDC (Centers for Disease Control and Preventions), BSE (Bovine spongiform encephalopathy) adalah gangguan neurologis progresif sapi yang dihasilkan dari infeksi oleh agen menular yang tidak biasa, disebut prion. Sifat agen menular tidak dipahami dengan baik. Saat ini, teori yang paling diterima adalah bahwa agen adalah bentuk modifikasi dari protein normal yang dikenal sebagai protein prion. Untuk alasan yang belum dipahami, perubahan protein prion normal menjadi patogen bentuk (berbahaya) yang kemudian merusak sistem saraf pusat ternak.
Agen infeksi di BSE diyakini jenis tertentu protein yang gagal melipat disebut prion. Prion tidak hancur bahkan jika daging sapi atau bahan yang mengandung prion tersebut dimasak atau dipanaskan . Protein prion membawa penyakit antara individu dan menyebabkan kerusakan otak . BSE adalah jenis menular dari spongiform encephalopathy ( TSE-Transmissible Spongioform Encephalopathy). TSE dapat timbul pada hewan yang membawa alel yang menyebabkan molekul protein yang sebelumnya normal untuk kemudian memutarbalikkan sendiri dari merubah pengaturan dari heliks alfa mejadi beta lembar lipit , yang merupakan penyakit. Penularan dapat terjadi ketika hewan yang sehat melakukan kontak dengan jaringan tercemar dari hewan lain yang telah terjangkiti penyakit. Pada jaringan otak, protein seluler prion asli akan berubah menjadi bentuk infektiv, yang kemudian akan mengubah protein prion asli lainnya dengan skala eksponensial. Hal ini akan membetuk agregat protein, yang kemudian akan membentuk jaringan ikaty yang padat, yang secara mikroskopis akan tampak seperti lubang pada jaringan otak, menyebabkan degenerasi kemmpuan fisik dan mental, dan kemudian berakhir dengan kematian.
Terdapat hipotesis yang berbeda untuk asal-usul protein prion pada sapi. Dua hipotesis terkemuka menyarankan itu mungkin merupakan lompatan spesies dari scrapie, penyakit pada domba, atau yang berevolusi dari bentuk spontan "penyakit sapi gila" yang telah terlihat sesekali pada sapi selama berabad-abad. Pada abad kelima sbelum masehi (SM), Hippocrates menjelaskan tentang keberadaan penyakit yang sama pada sapi dan domba, yang ia yakini juga terjadi pada manusia. Publius Flavius Vegetius Renatus mencatat kasus penyakit dengan karakteristik yang sama pada abad keempat dan kelima. Otoritas Pemerintah Inggris mengambil pandangan penyebabnya bukanlah scrapie, seperti yang semula sudah dipostulasikan, tetapi beberapa peristiwa di tahun 1970-an itu tidak mungkin untuk mengidentifikasi.
Penelitian di tahun 2008 menunjukkan bahwa penyakit sapi gila juga disebabkan oleh mutasi genetik dalam gen yang disebut gen protein prion. Hasil penelitian menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa sapi dengan umur 10 tahun yang berasal dari Alabama dengan bentuk atipikal Bovine spongiform encephalopathy memiliki jenis yang sama mutasi gen protein prion seperti yang ditemukan pada pasien manusia dengan bentuk genetik dari penyakit Creutzfeldt-Jakob (genetik CJD). Bentuk penyakit Creutzfeldt-Jakob ini disebut varian CJD.
Penyakit sapi gila dikategorikan dalam daftar B yaitu kategori penyakit menular pada hewan yang memiliki kepentingan sosioekonomis atau kesehatan masyarakat, terutama dalam perdagangan dunia. Selain daftar B, ada juga daftar A yaitu penyakit menular pada hewan yang memiliki kemampuan menular sangat cepat dan berbahaya. (Anonim, 2004). Dlam dunia Karantina Pertanian Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3238 Tahun 2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa, penyakit Bovine spongiform encephalopathy termasuk ke dalam golongan I, yaitu golongan golongan hama penyakit hewan karantina yang memenuhi kriteria sebagai berikut ;
hipotesa seperti asal-usul virus atau bakteri atau faktor faktor lain seperti ketidakseimbangan mineral namun masih beluk terbukti kebenarannya. Dasar bagi variasi strain prion amsih belum jelas, namun dalam hipotesa prion, strain dikodekan dalam konformasi yang berbeda dari protein.
Laman Wikipedia menuliskan bahwa Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE), yang lebih dikenal dengan terminologi penyakit sapi gila (Mad Cow), adalah sebuah penyakit neurodegeneratif yang bersifat fatal yang terjdi pada sapi yang mengakibatkan degenerasi hingga menyerupai struktur spon pada organ otak dan saraf tulang belakang.
Karakterisasi secara patologis dan biomolekuler menunjukkan bahwa kondisi epidemi disebabkan oleh satu strain tunggal, dan secara konsisten perubahan neuropatologi yang khusus dan gambaran molekuler PrPSC pada hewan terjangkit selalu digunakan sebagai dasar untuk definisi kasus BSE. Sejak Tahun 2003, laporan terhadap variasi patologi dan/atau karakteristik molekuler pada ternak sapi yang sudah dewasa pada bebepara negara telah mengindikasikan kemungkinan variasi strain. Kebanyakan kasus ditemukan melalui aktivitas surveillans aktif terhadap populasi yang bukan merupakan tersangka menggunakan metode cepat immunodeteksi PrP. Sampai sejauh ini, kurang lebih 50 kasus BSE telah terjadi dan dikenali sebagai gambaran molekuler yang berbeda dengan menggunakan metode western immunoblotting, jika dibandingkan dengan daerah yang merupakan epidemi BSE. Karena deteksi terhadap kebanyakan kasus ini dari kegiatan aktif surveillans, hubungan antara data data diagnosa dengan anamnesa menjadi lemah, dan kebanyakan hanya berfokus pada data-data immunoblotting. Sebuah fitur umum yang menarik adalah bahwa sebagian besar karakteristik varian ini berasal dari ternak yang lebih tua. Data uji biomolekuler awal mendukung hipotesa bahwa isolat tersebut berbeda secara biologik dari BSE klasik. Masih belum diketahui apakah kasus atipikal BSE memiliki relevansi dengan bentuk prion pada manusia. Pada masa sekarang ini, kasus atipikal BSE muncul sebagai 2 tipe khusus yang berbeda yang diklasifikasikan menurut massa molekuler dari pita protein unglycostilated PrPres dibandingkan dengan BSE klasik. Satu tipe memiliki massa molekul protein yang besar (tipe-H) dan yang lainnnya memiliki massa molekuler yang rendah (tipe L).
Kajian epidemiologi menetapkan bahwa BSE terjadi sebagai suatu penyakti yang dapat dengan mudah menyebabkan kondisi epidemi terhadap penyakit ini, melalui paparan terhadap bahan pakan. BSE terjadi pada banyak negara meskipun dengan tingkat insidensi yang lebih rendah daripada tingkat insidensi di Inggris. Dari kebanyakan kasus yang terjadi sepertinya terjadi secara langsung atau tidak langsung dari kegiatan ekspor ternak sapi yang terinfeksi atau dari tepung tulang dan daging yang telah terinfeksi, dengan propagasi lokal berikutnya melalui peralata pakan yang terkontaminasi. Namun , pada beberapa negara , kasus yang terjadi merefleksikan paparan yang terjadi pada area tersebut.
Tidak ada bukti penularan horizontal dan hanya terdapat sedikit data untuk mendukung transmisi secara maternal. Studi belum mengungkapkan bukti risiko dari air mani, susu atau embrio terhadap transmisi protein prion penyebab BSE.
Level epidemi dari BSE telah mengalami penurunan, dan menunjukkan keberhasilan kontrol terhadap bentuk perubahan dalam insidensi berdasarkan usia tertentu. Interpretasi terhadap status epidemi telah diperdalam dengan aktivitas surveillans aktif dalam mendeteksi hewan yang terjangkit namun tidak menunjukkan gejala klinis.
Bersumber dari laman CDC (Centers for Disease Control and Preventions), BSE (Bovine spongiform encephalopathy) adalah gangguan neurologis progresif sapi yang dihasilkan dari infeksi oleh agen menular yang tidak biasa, disebut prion. Sifat agen menular tidak dipahami dengan baik. Saat ini, teori yang paling diterima adalah bahwa agen adalah bentuk modifikasi dari protein normal yang dikenal sebagai protein prion. Untuk alasan yang belum dipahami, perubahan protein prion normal menjadi patogen bentuk (berbahaya) yang kemudian merusak sistem saraf pusat ternak.
Agen infeksi di BSE diyakini jenis tertentu protein yang gagal melipat disebut prion. Prion tidak hancur bahkan jika daging sapi atau bahan yang mengandung prion tersebut dimasak atau dipanaskan . Protein prion membawa penyakit antara individu dan menyebabkan kerusakan otak . BSE adalah jenis menular dari spongiform encephalopathy ( TSE-Transmissible Spongioform Encephalopathy). TSE dapat timbul pada hewan yang membawa alel yang menyebabkan molekul protein yang sebelumnya normal untuk kemudian memutarbalikkan sendiri dari merubah pengaturan dari heliks alfa mejadi beta lembar lipit , yang merupakan penyakit. Penularan dapat terjadi ketika hewan yang sehat melakukan kontak dengan jaringan tercemar dari hewan lain yang telah terjangkiti penyakit. Pada jaringan otak, protein seluler prion asli akan berubah menjadi bentuk infektiv, yang kemudian akan mengubah protein prion asli lainnya dengan skala eksponensial. Hal ini akan membetuk agregat protein, yang kemudian akan membentuk jaringan ikaty yang padat, yang secara mikroskopis akan tampak seperti lubang pada jaringan otak, menyebabkan degenerasi kemmpuan fisik dan mental, dan kemudian berakhir dengan kematian.
Terdapat hipotesis yang berbeda untuk asal-usul protein prion pada sapi. Dua hipotesis terkemuka menyarankan itu mungkin merupakan lompatan spesies dari scrapie, penyakit pada domba, atau yang berevolusi dari bentuk spontan "penyakit sapi gila" yang telah terlihat sesekali pada sapi selama berabad-abad. Pada abad kelima sbelum masehi (SM), Hippocrates menjelaskan tentang keberadaan penyakit yang sama pada sapi dan domba, yang ia yakini juga terjadi pada manusia. Publius Flavius Vegetius Renatus mencatat kasus penyakit dengan karakteristik yang sama pada abad keempat dan kelima. Otoritas Pemerintah Inggris mengambil pandangan penyebabnya bukanlah scrapie, seperti yang semula sudah dipostulasikan, tetapi beberapa peristiwa di tahun 1970-an itu tidak mungkin untuk mengidentifikasi.
Penelitian di tahun 2008 menunjukkan bahwa penyakit sapi gila juga disebabkan oleh mutasi genetik dalam gen yang disebut gen protein prion. Hasil penelitian menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa sapi dengan umur 10 tahun yang berasal dari Alabama dengan bentuk atipikal Bovine spongiform encephalopathy memiliki jenis yang sama mutasi gen protein prion seperti yang ditemukan pada pasien manusia dengan bentuk genetik dari penyakit Creutzfeldt-Jakob (genetik CJD). Bentuk penyakit Creutzfeldt-Jakob ini disebut varian CJD.
Penyakit sapi gila dikategorikan dalam daftar B yaitu kategori penyakit menular pada hewan yang memiliki kepentingan sosioekonomis atau kesehatan masyarakat, terutama dalam perdagangan dunia. Selain daftar B, ada juga daftar A yaitu penyakit menular pada hewan yang memiliki kemampuan menular sangat cepat dan berbahaya. (Anonim, 2004). Dlam dunia Karantina Pertanian Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3238 Tahun 2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa, penyakit Bovine spongiform encephalopathy termasuk ke dalam golongan I, yaitu golongan golongan hama penyakit hewan karantina yang memenuhi kriteria sebagai berikut ;
- mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat;
- belum diketahui cara penanganannya;
- dapat membahayakan kesehatan manusia;
- dapat menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat; dan/atau
- dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi
Penyakit sapi gila (Mad Cow) atau Bovine spongiform encephalopathy (BSE) adalah salah satu penyakit pada otak sapi yang tergolong dalam kelompok penyakit Transmissible Spongiform yang mempunyai keunikan tersendiri, karena penyakit ini disebabkan bukan oleh mikroorganisme seperti virus atau bakteri namun oleh prion (proteinaceous infectious) yaitu sejenis protein (tanpa asam nukleat) yang bersifat infeksius, tidak normal yang mengubah jaringan syaraf. Prion abnormal menyebabkan kerusakan otak yang mematikan.
Secara normal, protein prion dihasilkan oleh tubuh (disingkat PrPc / cellular PrP). Gejala yang ditimbulkan penyakit prion tergantung dari kehadiran PrP yang dijumpai di dalam jaringan tubuh, sedangkan isoform dari protein prion yang infeksius penyebab TSE disebut Prion Scrapie (PrPsc), adapun bentuk PrPc dan PrPSc sama, bobot molekul sama, sekuensnya juga sama. Perbedaan yang paling menonjol dari kedua protein prion tersebut adalah bahwa PrPSc tahan terhadap proteinase K suatu enzim yang dapat memdegradasi protein, sedangkan PrPc (ahelix) tidak tahan. Pencampuran antara PrPc (dalam bentuk normal) dengan PrPsc (dalam bentuk infeksius = abnormal) akan menimbulkan keadaan yang abnormal atau terjadinya ‘infeksi prion’. Setiap kali penyerangan PrPsc terhadap PrPc akan terjadi penciutan, serta setiap penciutan akan terjadilah vakuolisasi dari jaringan.
Beberapa literatur yang menjadi rujukan dalam penulisan menyebutkan bahwasanya penyakit ini beberapa nama yang berbeda, tidak hanya Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE). Beberapa nama lainnya adalah sebagai berikut :
Pada hewan
Pada manusia
SEJARAH DAN INSIDENSI BSE DI DUNIA
- Rida ( Islandia )
- La tremblante ( Perancis )
- Euky pine, Scratchie, Rubbers, Shaking ( Inggris )
- Traberkraukheit, Reiberkrankheit ( Jerman )
- Surlokor ( Hungaria )
- Mad Cow
- Sapi Gila
Pada manusia
- Creutzfeldt Jacob Disease
- Gerstmane Straussler Syndrome
- Penyakit Kuru
- New Variant of Creutzfeldt Jacob Disease
SEJARAH DAN INSIDENSI BSE DI DUNIA
Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan infeksi pertama BSE pada sapi terjadi pada kurun waktu tahun 1970-an dengan dua kasus BSE yang diidentifikasi pada tahun 1986. BSE mungkin berasal sebagai akibat dari pakan ternak tepung daging dan tulang yang mengandung produk yang terinfeksi BSE dari kasus spontan BSE atau produk dari domba yang tercemar oleh scrapie. Scrapie adalah penyakit prion pada domba. Ada bukti kuat dan kesepakatan umum bahwa wabah itu kemudian diperkuat dan menyebar ke seluruh industri ternak di negara Inggris dengan pemberian pakan terinfeksi oleh prion.
Pada kondisi alami, sapi merupakan hewan dengan tipikal herbivora, pemakan rumput. Namun demikian, pada industri peternakan sapi yang maju, berbagai macam pakan komersial digunakan, yang mungkin mengandung antibiotik, hormon, pestisida, pupuk, dan protein suplemen. Penggunaan daging dan tepung tulang, yang dimasak dari sisa proses penyembelihan, serta dari bangkai hewan yang sakit dan terluka seperti sapi atau domba, sebagai suplemen protein dalam pakan ternak telah tersebar luas di Eropa sejak sebelum 1987. Di seluruh dunia, bungkil kedelai adalah suplemen protein nabati utama yang diberikan kepada ternak. Namun, kedelai tidak tumbuh dengan baik di Eropa, jadi peternak di seluruh benua Eropa beralih ke produk sampingan hewan yang murah sebagai alternatif pakan. Otoritas Pemerintah Inggris menolak anggapan bahwa perubahan proses pengolahan mungkin telah meningkatkan agen infeksi dalam pakan ternak, dengan mengatakan "perubahan dalam proses tidak bisa bertanggung jawab atas munculnya BSE, dan perubahan peraturan tidak menjadi faktor sama sekali.
Penyakit ini paling mudah untuk ditularkan kepada manusia melalui makanan yang terkontaminasi oleh jaringan otak, syaraf tulang belakang, atau saluran pencernaan yang berasal dari karkas daging hewan yang terinfeksi. Namun demikian, harus di catat bahwa meskipun agen infeksi ini paling banyak terkonsentrasi di jaringan saraf, namun dapat juga di tem ukan pada seluruh jaringan dari tubuh individu yang terinfeksi, termasuk darah. Pada manusia, dikenal dengan nama varian baru dari penyakit Creutzfeld-Jakob (vCJD atau nvCJD), dan sampai dengan tahun 1999, varian baru ini telah membunuh sebanyak 166 orang di Inggris, dan 44 orang di luar Inggris. Sekitar 460.000 sampai dengan 482.000 ekor hewan terinfeksi BSE telah memasuki rantai makanan manusia sebelum pada akhirnya pengendalian terhadap jerohan beresiko tinggi diterapkan pada tahun 1989.
Penyelidikan oleh otoritas yang berwenang di Inggris dan Irlandia menyimpulkan bahwa kondisi epidemi BSE disebabkan oleh ternak sapi, yang mana pada normalnya bersifat herbivora, di beri pakan yang berasal dari sisa-sisa ternak lainnya dalam bentuk tepung daging dan tulang (Meat and Bone Meal – MBM) yang mengakibatkan penyebaran agen infeksi. Mungkin, penyebab BSE adalah MBM yang berasal dari domba yang terjangkiti penyakit scrapie yang diproses pada tempat penyembelihan yang sama. Kejadian epidemi mungkin meningkat dikarenakan pemanfaatan jaringan sapi yang terinfeksi sebelum pengenalan terhadap BSE. Asal muasal dari penyakit ini masih belum diketahui. Agen infeksi BSE dapat bertahan pada suhu lebih dari 600 derajat celcius (1100 derajat Fahrenheit). Hal ini menjadi faktor pendukung bagi persebarannya di Inggris, dimana proses pengolahannya menggunakan suhu dibawah suhu tersebut. Faktor lain yang memberikan kontribusi adalah pemberian suplemen pakan yang terinfeksi pada sapi.
Amerika Serikat sejak 23 Desember 2003 menemukan bukti pertama adanya penyakit sapi gila di Washington, yang berasal dari Kanada.
Pada kondisi alami, sapi merupakan hewan dengan tipikal herbivora, pemakan rumput. Namun demikian, pada industri peternakan sapi yang maju, berbagai macam pakan komersial digunakan, yang mungkin mengandung antibiotik, hormon, pestisida, pupuk, dan protein suplemen. Penggunaan daging dan tepung tulang, yang dimasak dari sisa proses penyembelihan, serta dari bangkai hewan yang sakit dan terluka seperti sapi atau domba, sebagai suplemen protein dalam pakan ternak telah tersebar luas di Eropa sejak sebelum 1987. Di seluruh dunia, bungkil kedelai adalah suplemen protein nabati utama yang diberikan kepada ternak. Namun, kedelai tidak tumbuh dengan baik di Eropa, jadi peternak di seluruh benua Eropa beralih ke produk sampingan hewan yang murah sebagai alternatif pakan. Otoritas Pemerintah Inggris menolak anggapan bahwa perubahan proses pengolahan mungkin telah meningkatkan agen infeksi dalam pakan ternak, dengan mengatakan "perubahan dalam proses tidak bisa bertanggung jawab atas munculnya BSE, dan perubahan peraturan tidak menjadi faktor sama sekali.
Penyakit ini paling mudah untuk ditularkan kepada manusia melalui makanan yang terkontaminasi oleh jaringan otak, syaraf tulang belakang, atau saluran pencernaan yang berasal dari karkas daging hewan yang terinfeksi. Namun demikian, harus di catat bahwa meskipun agen infeksi ini paling banyak terkonsentrasi di jaringan saraf, namun dapat juga di tem ukan pada seluruh jaringan dari tubuh individu yang terinfeksi, termasuk darah. Pada manusia, dikenal dengan nama varian baru dari penyakit Creutzfeld-Jakob (vCJD atau nvCJD), dan sampai dengan tahun 1999, varian baru ini telah membunuh sebanyak 166 orang di Inggris, dan 44 orang di luar Inggris. Sekitar 460.000 sampai dengan 482.000 ekor hewan terinfeksi BSE telah memasuki rantai makanan manusia sebelum pada akhirnya pengendalian terhadap jerohan beresiko tinggi diterapkan pada tahun 1989.
Penyelidikan oleh otoritas yang berwenang di Inggris dan Irlandia menyimpulkan bahwa kondisi epidemi BSE disebabkan oleh ternak sapi, yang mana pada normalnya bersifat herbivora, di beri pakan yang berasal dari sisa-sisa ternak lainnya dalam bentuk tepung daging dan tulang (Meat and Bone Meal – MBM) yang mengakibatkan penyebaran agen infeksi. Mungkin, penyebab BSE adalah MBM yang berasal dari domba yang terjangkiti penyakit scrapie yang diproses pada tempat penyembelihan yang sama. Kejadian epidemi mungkin meningkat dikarenakan pemanfaatan jaringan sapi yang terinfeksi sebelum pengenalan terhadap BSE. Asal muasal dari penyakit ini masih belum diketahui. Agen infeksi BSE dapat bertahan pada suhu lebih dari 600 derajat celcius (1100 derajat Fahrenheit). Hal ini menjadi faktor pendukung bagi persebarannya di Inggris, dimana proses pengolahannya menggunakan suhu dibawah suhu tersebut. Faktor lain yang memberikan kontribusi adalah pemberian suplemen pakan yang terinfeksi pada sapi.
Amerika Serikat sejak 23 Desember 2003 menemukan bukti pertama adanya penyakit sapi gila di Washington, yang berasal dari Kanada.
Pada pertengahan 1980an ribuan sapi mengalami BSE diberbagai negara di benua Eropa, antara lain ; Perancis, Portugal, Irlandia,dan Swiss, sedang kejadian yang terbanyak terdapat di negara Inggris. Kejadian – penyakit di Malvinas, Oman, German, Kanada, Italy dan Denmark diyakini hanya diderita oleh sapi – sapi yang diimpor dari Inggris.
Kejadian di Inggris
Di Inggris hewan pertama yang dikonfirmasi menjadi sakit dikarenakan penyakit ini terjadi pada tahun 1986, dan baru setahun kemudian, yaitu pada bulan nopember tahun 1987 pengujian secara laboratoris menunjukkan keberadaan BSE, Kementerian Pertanian Inggris mengakui hal ini sebagai penyakit jenis baru. Selanjutnya, 165 orang (sampai dengan Oktober 2009) dipekerjakan dan meninggal karena penyakit dengan gejala neurologis yang sama yang selanjutnya disebut varian baru penyakit Creutzfeldt-Jakob (nvCJD-new variant Creutzfeldt-Jakob Disease). Penyakit ini adalah penyakit yang terpisah dari penyakit Creutzfeldt-Jakob 'klasik', yang tidak berhubungan dengan BSE dan telah diketahui tentang sejak awal 1900-an. Tiga kasus vCJD (nvCJD) terjadi pada orang yang pernah tinggal di Inggris, atau pernah mengunjungi Inggris (masing-masing di Republik Irlandia, Kanada dan Amerika Serikat). Ada juga beberapa kekhawatiran tentang mereka yang bekerja dengan (dan karena menghirup) daging sapi dan tepung tulang, seperti pekerja hortikultur, yang menggunakannya sebagai pupuk.
Bagi banyak pasien vCJD, terdapat bukti langsung bahwa mereka telah mengkonsumsi daging sapi yang tercemar, dan ini di asumsikan sebagai mekanisme penularan terhadapa individu yang dipekerjakan untuk menelitinya. Kejadian penyakit juga tampaknya berkorelasi dengan praktik penyembelihan yang menyebabkan bercampurnya jaringan sistem saraf dengan daging cincang dan daging sapi lainnya. Diperkirakan 400.000 sapi terinfeksi dengan BSE memasuki rantai makanan manusia pada era 1980-an. Meskipun epidemi BSE akhirnya dikendalikan dengan pemusnahan terhadap semua populasi sapi yang menjadi tersangka, masih terdapat orang yang didiagnosa vCJD setiap tahun (meskipun jumlah kasus baru saat ini telah turun menjadi kurang dari lima per tahun). Hal ini dikaitkan dengan masa inkubasi yang panjang untuk penyakit yang diakibatkan oleh prion, yang biasanya diukur dalam tahun atau dekade. Akibatnya, luasnya wabah vCJD pada manusia masih belum diketahui.
Kesepakatan para ahli material infeksius prion BSE tidak hancur dengan prosedur memasak, yang berarti bahwa meskipun daging sapi terkontaminasi telah siap santap namun masih bersifat infeksius. Faktanya, bahwa agen infeksi tetap dapat bertahan pada suhu lebih dari 600 derajat celcius (sekitar 1100 derajat Fahrenheit)
Kejadian di Brasil
Pada tanggal 8 Desember 2012, pemerintah Jepang mengeluarkan larangan impor daging sapi mentah dari Brasil, berdasarkan laporan bahwa sapi yang mati pada tahun 2010 di Brazil bagian selatan mengandung protein infeksius. Departemen Pertanian Brasil mempertahankan bahwa daging sapi Brasil bebas dari BSE. Kementerian Pertanian Brasil menginformasikan bahwa hewan tersebut tidak memanifestasikan penyakit dan tidak mati karena prion BSE.
Di Inggris hewan pertama yang dikonfirmasi menjadi sakit dikarenakan penyakit ini terjadi pada tahun 1986, dan baru setahun kemudian, yaitu pada bulan nopember tahun 1987 pengujian secara laboratoris menunjukkan keberadaan BSE, Kementerian Pertanian Inggris mengakui hal ini sebagai penyakit jenis baru. Selanjutnya, 165 orang (sampai dengan Oktober 2009) dipekerjakan dan meninggal karena penyakit dengan gejala neurologis yang sama yang selanjutnya disebut varian baru penyakit Creutzfeldt-Jakob (nvCJD-new variant Creutzfeldt-Jakob Disease). Penyakit ini adalah penyakit yang terpisah dari penyakit Creutzfeldt-Jakob 'klasik', yang tidak berhubungan dengan BSE dan telah diketahui tentang sejak awal 1900-an. Tiga kasus vCJD (nvCJD) terjadi pada orang yang pernah tinggal di Inggris, atau pernah mengunjungi Inggris (masing-masing di Republik Irlandia, Kanada dan Amerika Serikat). Ada juga beberapa kekhawatiran tentang mereka yang bekerja dengan (dan karena menghirup) daging sapi dan tepung tulang, seperti pekerja hortikultur, yang menggunakannya sebagai pupuk.
Bagi banyak pasien vCJD, terdapat bukti langsung bahwa mereka telah mengkonsumsi daging sapi yang tercemar, dan ini di asumsikan sebagai mekanisme penularan terhadapa individu yang dipekerjakan untuk menelitinya. Kejadian penyakit juga tampaknya berkorelasi dengan praktik penyembelihan yang menyebabkan bercampurnya jaringan sistem saraf dengan daging cincang dan daging sapi lainnya. Diperkirakan 400.000 sapi terinfeksi dengan BSE memasuki rantai makanan manusia pada era 1980-an. Meskipun epidemi BSE akhirnya dikendalikan dengan pemusnahan terhadap semua populasi sapi yang menjadi tersangka, masih terdapat orang yang didiagnosa vCJD setiap tahun (meskipun jumlah kasus baru saat ini telah turun menjadi kurang dari lima per tahun). Hal ini dikaitkan dengan masa inkubasi yang panjang untuk penyakit yang diakibatkan oleh prion, yang biasanya diukur dalam tahun atau dekade. Akibatnya, luasnya wabah vCJD pada manusia masih belum diketahui.
Kesepakatan para ahli material infeksius prion BSE tidak hancur dengan prosedur memasak, yang berarti bahwa meskipun daging sapi terkontaminasi telah siap santap namun masih bersifat infeksius. Faktanya, bahwa agen infeksi tetap dapat bertahan pada suhu lebih dari 600 derajat celcius (sekitar 1100 derajat Fahrenheit)
Kejadian di Brasil
Pada tanggal 8 Desember 2012, pemerintah Jepang mengeluarkan larangan impor daging sapi mentah dari Brasil, berdasarkan laporan bahwa sapi yang mati pada tahun 2010 di Brazil bagian selatan mengandung protein infeksius. Departemen Pertanian Brasil mempertahankan bahwa daging sapi Brasil bebas dari BSE. Kementerian Pertanian Brasil menginformasikan bahwa hewan tersebut tidak memanifestasikan penyakit dan tidak mati karena prion BSE.
Kejadian di Jepang
Dengan 36 kasus yang dikonfirmasi, Jepang adalah negara di luar Benua Eropa dengan jumlah kasus BSE terbesar. Ini adalah satu-satunya negara di luar Eropa dan Amerika dalam hal laporan kasus non-impor. Reformasi keamanan pangan dalam kasus BSE menyebabkan pembentukan Komisi Keamanan Pangan Pemerintah pada tahun 2003
Pada akhir 2003, Pemerintah Jepang melaksanakan pelarangan sementara terhadap semua daging sapi impor yang berasal dari Amerika Serikat terkait dengan kasus tunggal yang terjadi di daerah Washington. Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor daging sapi dari Amerika Serikat, dengan kisaran nilai perdagangan sebesar 1,2 juta dolar pada tahun 2003. Pada bulan desember tahun 2005, Pemerintah Jepang kembali menyetujui aktivitas importasi daging sapi dari Amerika Serikat. Namun demikian, Pemerintah Jepang kembali menerapkan pelarangan terhadap daging sampi yang berasal dari amerika serikat setelah petugas pemeriksa otoritas Jepang menemukan adanya bagian daging sapi yang dilarang pemasukannya pada suatu pengiriman daging sapi yang berasal dari Amerika Serikat.
Pada bulan januari otoritas yang berwenang dari Pemerintah Jepang menghentikan semua kegiatan pemasukan impor daging sapi yang berasal dari Amerika Serikat, hanya berselang 6 minggu setelah Otoritas Pemerintah Jepang yang sama memberikan izin bagi kegiatan pemasukan impor daging sapi tanpa tulang dari sapi dengan umur kurang dari 21 bulan yang berasal dari negara Amerika Serikat setelah 2 tahun Otoritas Pemerintah Jepang melarang kegiatan impor material tersebut dari negara yang sama, karena didapati adanya tulang pada daging sapi yang yang yang masuk ke Jepang yang berasal dari Negara Bagian New York. Menteri Pertanian Ameriak Serikat Mike Johanns mengakui bahwa pengiriman daging tersebut menyalahi peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pemerintah Jepang. Negara lainnya seperti Hong Kong, Korea Selatan, dan Singapura dengan cepat segera meniru langkah yang diambil oleh Pmeritnah Jepang dengan melakukan pembatasan importasi daging sapi yang berasal dari Amerika Serikat. Pada tahun 2003, Jepang berkontribusi sebesar 1,4 milyar dolar dari total 3,9 juta dolar hasil penjualan daging sapi dan produk daging Amerika Serikat, dan selama periode tersebut tela tercatat 2 kasus BSE di Amerika Serikat dan 21 kasus BSE terjadi di Jepang. Pada tanggal 27 juli 2006 Jepang mencabut larangan impor daging dari sapi dengan umur 20 bulan atau lebih muda yang berasal dari Amerika Serikat. Demi menjaga keselamatan konsumen, pemasukan melalui importasi terhadap daging sapi hanya diperolehkan terhadap daging sapi yang berasal dari sapi yang berusia 21 bulan atau lebih muda dari 21 bulan, dengan persyaratan tambahan organ otak, medulla spinalis, tulang belakang dan sunsum tulang harus sudah dibersihkan terlebih dahulu.
Dengan 36 kasus yang dikonfirmasi, Jepang adalah negara di luar Benua Eropa dengan jumlah kasus BSE terbesar. Ini adalah satu-satunya negara di luar Eropa dan Amerika dalam hal laporan kasus non-impor. Reformasi keamanan pangan dalam kasus BSE menyebabkan pembentukan Komisi Keamanan Pangan Pemerintah pada tahun 2003
Pada akhir 2003, Pemerintah Jepang melaksanakan pelarangan sementara terhadap semua daging sapi impor yang berasal dari Amerika Serikat terkait dengan kasus tunggal yang terjadi di daerah Washington. Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor daging sapi dari Amerika Serikat, dengan kisaran nilai perdagangan sebesar 1,2 juta dolar pada tahun 2003. Pada bulan desember tahun 2005, Pemerintah Jepang kembali menyetujui aktivitas importasi daging sapi dari Amerika Serikat. Namun demikian, Pemerintah Jepang kembali menerapkan pelarangan terhadap daging sampi yang berasal dari amerika serikat setelah petugas pemeriksa otoritas Jepang menemukan adanya bagian daging sapi yang dilarang pemasukannya pada suatu pengiriman daging sapi yang berasal dari Amerika Serikat.
Pada bulan januari otoritas yang berwenang dari Pemerintah Jepang menghentikan semua kegiatan pemasukan impor daging sapi yang berasal dari Amerika Serikat, hanya berselang 6 minggu setelah Otoritas Pemerintah Jepang yang sama memberikan izin bagi kegiatan pemasukan impor daging sapi tanpa tulang dari sapi dengan umur kurang dari 21 bulan yang berasal dari negara Amerika Serikat setelah 2 tahun Otoritas Pemerintah Jepang melarang kegiatan impor material tersebut dari negara yang sama, karena didapati adanya tulang pada daging sapi yang yang yang masuk ke Jepang yang berasal dari Negara Bagian New York. Menteri Pertanian Ameriak Serikat Mike Johanns mengakui bahwa pengiriman daging tersebut menyalahi peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pemerintah Jepang. Negara lainnya seperti Hong Kong, Korea Selatan, dan Singapura dengan cepat segera meniru langkah yang diambil oleh Pmeritnah Jepang dengan melakukan pembatasan importasi daging sapi yang berasal dari Amerika Serikat. Pada tahun 2003, Jepang berkontribusi sebesar 1,4 milyar dolar dari total 3,9 juta dolar hasil penjualan daging sapi dan produk daging Amerika Serikat, dan selama periode tersebut tela tercatat 2 kasus BSE di Amerika Serikat dan 21 kasus BSE terjadi di Jepang. Pada tanggal 27 juli 2006 Jepang mencabut larangan impor daging dari sapi dengan umur 20 bulan atau lebih muda yang berasal dari Amerika Serikat. Demi menjaga keselamatan konsumen, pemasukan melalui importasi terhadap daging sapi hanya diperolehkan terhadap daging sapi yang berasal dari sapi yang berusia 21 bulan atau lebih muda dari 21 bulan, dengan persyaratan tambahan organ otak, medulla spinalis, tulang belakang dan sunsum tulang harus sudah dibersihkan terlebih dahulu.
Kejadian Di Amerika
Tepung kedelai merupakan material yang murah dan berlimpah di Amerika Serikat . Sebanyak 1,5 juta ton tepung biji kapas yang diproduksi di Amerika Serikat setiap tahun tidak cocok untuk manusia atau hewan dengan tipikal lambung sederhana, bahkan lebih murah daripada bungkil kedelai. Secara historis, tepung daging dan tulang, tepung darah dan potongan daging hampir selalu ada dengan harga yang lebih tinggi sebagai aditif pakan dibandingkan tepung nabati di Amerika Serikat , sehingga tidak ada banyak insentif untuk menggunakan produk hewani untuk pakan ruminansia . Akibatnya , tidak banyak pakan hewan yang menggunakan bahan yang berasal dari hewan sebagai bahan bakunya seperti yang terjadi di Benua Eropa. Namun, peraturan AS hanya melarang penggunaan sebagian produk sampingan hewan dalam pakan hewan. Pada tahun 1997, terbit peraturan yang melarang penggunaan produk sampingan dari hewan mamalia untuk digunakan dalam pembuatan pakan bagi ruminansia, misalnya sapi dan kambing. Namun, produk sampingan dari ternak ruminansia masih dapat secara legal diberikan kepada hewan peliharaan atau ternak lainnya , termasuk babi dan unggas , seperti ayam.
Tepung kedelai merupakan material yang murah dan berlimpah di Amerika Serikat . Sebanyak 1,5 juta ton tepung biji kapas yang diproduksi di Amerika Serikat setiap tahun tidak cocok untuk manusia atau hewan dengan tipikal lambung sederhana, bahkan lebih murah daripada bungkil kedelai. Secara historis, tepung daging dan tulang, tepung darah dan potongan daging hampir selalu ada dengan harga yang lebih tinggi sebagai aditif pakan dibandingkan tepung nabati di Amerika Serikat , sehingga tidak ada banyak insentif untuk menggunakan produk hewani untuk pakan ruminansia . Akibatnya , tidak banyak pakan hewan yang menggunakan bahan yang berasal dari hewan sebagai bahan bakunya seperti yang terjadi di Benua Eropa. Namun, peraturan AS hanya melarang penggunaan sebagian produk sampingan hewan dalam pakan hewan. Pada tahun 1997, terbit peraturan yang melarang penggunaan produk sampingan dari hewan mamalia untuk digunakan dalam pembuatan pakan bagi ruminansia, misalnya sapi dan kambing. Namun, produk sampingan dari ternak ruminansia masih dapat secara legal diberikan kepada hewan peliharaan atau ternak lainnya , termasuk babi dan unggas , seperti ayam.
Pada bulan Februari tahun 2001, USGAO melaorkan FDA, sebuah institusi yang bertanggung jawab dalam manajemen pengaturan pakan, belum menegakkan berbagai macam larangan. Tingkat kepatuhan terhadap perauran sangatlah rendah sebelum ditemukan seekor sapi di Washington DC yang positif terjangkiti BSE pada tahun 2003, namun sekarang perwakilan perusahaan menyatakan kepatuhan total. Meski begitu, para kritikus menyebut bahwasannya larangan parsial belumlah cukup. Memang, produsen daging bernama Creekstoner Farms dsecara paksa dicegah dari melakukan pengujian BSE oleh USDA, yang mana menurut undang-undang 1913 jelas memiliki kewenangan untuk memberikan pembatasan penjualan kit uji BSE, diduga untuk melindungi produsen yang lain untuk dapat dipaksa melakukan uji yang sama agar menjaga situasi kompetisi.
Kasus BSE di Amerika Serikat yang telah di identifikasi.
Pernah terjadi 4 kasus BSE di Amerika Serikat. Informasi berikut ini akan mendeskripsikan kasus-kasus tersebut ;
Kasus BSE di Amerika Serikat yang telah di identifikasi.
Pernah terjadi 4 kasus BSE di Amerika Serikat. Informasi berikut ini akan mendeskripsikan kasus-kasus tersebut ;
- Pada tanggal 23 Desember tahun 2003, Departemen Pertanian Amerika Serikat mengumumkan diagnosa awal dari kasus pertama BSE di Amerika Serikat. Kasus ini terjadi pada sapi ras Holstein yang berada di negara bagian Washington. Diagnosa ini kemudian telah dikonfirmasi oleh Laboratorium Referensi Internasional yang berada di Weybridge, Inggris, pada tanggal 25 Desember. Penelusuran dengan menggunakan metode identifikasi ear tag dan pengujian genetik menghasilkan kesimpula bahwa sapi yang terjangkit BSE merupakan sapi yang berasal dari Kanada yang diimpor pada bulan Agustus tahun 2001. Dikarenakan hewan tidak dalam kondisi rawat jalan (seekor sapi ambruk) pada tempat pemotongan, sample organ otak diambil oleh Petugas Inspeksi Layanan Kesehatan Hewan dan Tumbuhan dari USDA sebagai bagian dari kegiatan surveillans terhadap penyakit BSE. Namun kondisi hewan yang seperti ini terjadi sebagai komplikasi dari kondisi setelah melahirkan. Setelah dilaksanakan pemeriksaan terhadap hewan tersebut oleh dokter hewan dari FSIS pada saat sebelum dan sesudah disembelih, karkas yang dihasilkan di jual di apsaran sebagai bahan pangan hewani untuk konsumsi manusia. Selama proses penyembelihan jaringan yang rawan menjadi material penyebaran BSE disingkirkan. Pada 24 Desember 2003, FSIS menarik dari pasar peredaran daging sapi yang disembelih pada perusahaan yang sama, pada hari yang sama, dengan diketemukannya sapi yang posistif terjangkiti BSE.
- Pada tanggal 24 Juni tahun 2005 pihak USDA mengumumkan penerimaan hasil akhir uji yang diterima dari Badan Laboratorium Veteriner di Weybridge, Inggris, mengkonfirmasi kejadian BSE pada seekor sapi yang memberikan hasil uji yang bertentangan pada tahun 2004. Sapi ini berasal dari negara bagian Texas, mati dalam umur sekitar 12 tahun, dan mewakili kasus endemk pertama di Amerika Serikat.
- Pada tanggal 15 bulan Maret tahun 2006, pihak USDA mengkonfirmasikan kejadian BSE pada seekor sapi di negara bagian Alabama. Kasus in diidentifikasikan pada seekor sapi ambruk pada suatu peternakan di negara bagian Alabama. Sapi ini telah dieuthanasi oleh dokter hewan setempat dan keudian di kubur di dalam tanah pada area peternakan tersebut. Dari susunan gigi sapi sapi tersebut di perkirakan berusia 10 tahun. Sapi tersebut tanpa ear tag dan tanda karakteristik yang jelas sehingga tidak akan dapat ditelusuri kawanan asalnya meskipun melalui sistem investigasi yang mendalam. Pada bulan Agustus tahun 2008, beberapa peneliti ARS melaporkan bahwa kejadian langka, kelainan genetik yang dapat bertahan dalam populas sapi “dianggap telah menyebabkan” atipikal BSE pada hewan di negara bagian Alabama
- Pada tanggal 24 April tahun 2012 pihak USDA mengkonfirmasi adanya kejadian BSE pada sapi perah di negara bagian California. Sapi ini di uji sebagai bagian dari sampel acak dari kegiatan surveillans yang dilaksanakan di negara Amerika Serikat. Sapi perah tersebut berumur 10 tahun 7 bulan dan diklasifikan terjangkiti strain BSE tipe-L.
Kejadian di Indonesia
Menurut Subronto, BSE di Indonesia merupakan penyakit eksotik, Apabila ada kecurigaan ke arah BSE, tiap dokter hewan yang menangani harus segera melaporkan kepada Dinas Peternakan, dan segera meminta bantuan profesional dari laboratorium Diagnostik terdekat. Bagi pengusaha pabrik pakan ternak, bahan makanan yang berasal dari lemak, tulang, jerohan, syaraf dan sebagainya, harus benar – benar memperoleh izin importasinya dari instansi berwenang. Meskipun kaitan antara BSE dengan penyakit oleh prion pada manisia belim diketahui benar, pemasukan bahan makanan , daging, susu, atau produk lain harus dilakukan secara hati- hati, dan melalui pengawasan ketat.
Di Indonesia belum pernah dijumpai penyakit ini tetapi Indonesia mengimpor berbagai jenis bahan sebagai pembawa penyakit ini berupa ; bahan makanan, bahan pakan obat-obatan, kosmetika, hewan hidup, bahan-bahan diagnostik, dan organ tubuh untuk transplantasi, dll.
Gambar dibawah menyajikan penyebaran kejadian BSE di dunia menurut OIE, berdasarkan laporan negara yang bersangkutan, dimulai dari tahun 1989 sampai dengan insidensi terlaporkan yang terakhir terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2012
*daftar pustaka ada pada penulis