Metode Diagnosa Langsung terhadap Brucellosis pada Ternak dan Hewan Liar

Pewarnaan. Metode karakterisasi pewarnaan masih sering digunakan meskipun teknik ini tidak spesifik karena agen abortus lainnya seperti Chlamydophila abortus (sebelumnya Chlamydia psittaci) atau Coxiella burnetiiare akan memberikan hasil warna merah juga seperti Brucella. Teknik seperti ini akan memberikan informasi yang berharga dalam hal analisa terhadap material yagn diabortuskan. Brucella spp. berbentuk coccobacillus  dengan panjang 0.5-0.7 µm dan lebar 0.5-0.7 µm. Biasanya mereka beraksi secara tunggal  dan dapat diamati dalam dua atau lebih kelompok. Brucella spp. adalah baklteri gram negatif yang mampu untuk bertahan dengan perlakuan asam yang lemah dan hal itu yang menimbulkan warna merah setelah dilakukan pewarnaan karakterisasi.

Biakan. Isolasi bakteri selalu diperlukan untuk mengelompokkan strain (liat “Metode Molekuler” dibawah). Untuk diagnosa definitif brucellosis, pilihan sample yang akan diambil bergantung pada gejala klinis yang diamati. Dalam kasus Brucellosis klinis, sample yang harus diambil adalah janin yang di abortuskan (perut, limpa dan paru-paru), selpaut janin, cairna vagina, kolostrum, susu,sprema, dan cairan yang dikumpulkan dari arthritis atau higroma. Pada individu yang disembelih, untuk tujuan  mengkonfirmasi terhadap kasus dugaan brucellosis akut atau kronis jaringan yang dianjurkan untuk diambil sebagai sample adalah nodus limphatikus area genital dan oropharyngeal, limpa, dan glandula mammae serta nodus lympmatikus  terkait. Untuk isolasi terhadap bakteri Brucella spp., medium yang paling sering digunakan adalah medium Farrel, yang mengandung antibiotik yang mampu untuk menghambat pertumbuhan bakteri lain yang ada di dalam sampel. Beberapa spesies Brucella, seperti tipe Brucella abortus yang ada di alam liar (biovar 1 – 4), perlu CO2 untuk pertumbuhan, sementara yang lain, seperti tipe Brucella abortus yang ada di alam liar (biovar 5,6,9), vaksin Brucella abortus  strain S19, Brucella melitensis, dan Brucella suis, tidak. Unutk sampel yang memiliki konsistensi berupa cairan, sensitivitas pengujina akan meningkat apabila  menggunakan media biphasic seperti media Castaneda, pada awalnya digunakan untuk kultur darah manusia. Pertumbuhan mungkin akan nampak setelah – hari, tapi biakan/kultur akan dianggap negatif setelah 2-3 minggu masa inkubasi. Identifikasi Brucella spp. didasarkan kepada morfologi, pewarnaan dan profil metabolisme (katalase, oksidase dan urease).

Biotyping. Pengelompokan biotipe dari Brucella spp. dilaksanakan dengan menggunakan uji yang berbeda, yang terpenting dilaksanakan uji agglutinasi dengan menggunakan antibodi terhadap LPS kasar atau halus, misalkan, menggunakan antibodi terhadap epitop A atau M  dari rantai Lipopolisakarida (LPS) “O” (O-LPS), lisis oleh phague, kebergantungan terhadap CO2 untuk pertumbuhan, kemampuan untuk memproduksi H2S, kemmpuan tumbuh pada kondisi basa fuchsine atau thionin, dan uji kristal violet atau akriflavine. Agar dapat memberikan hasil yang terpercaya, teknik ini harus dilaksanakan menggunakan prosedur yang telah di standardisasi dan dilaksanakan oleh personel yang sudah berpengalaman. Sehingga, metode ini lebih sering dilaksanakan pada laboratorium referensi.

Metode-metode molekuler. Teknik-teknik baru yang memungkinkan untuk identifikasi dan penentuan tipe Brucella secara cepat telah dikembangkan dan digunakan pada laborratorium diagnostik tertentu.

Identifikasi. Telah dikembangakan beberapa metode dengan mendasarkran kepada metode PCR. Metode-metode validasi yang terbaik adalah yang berdasarkan pada deteksi sequence spesifik dari Brucella spp., seperti gen 16S-23S,  insersi sequence IS711 atau gen bcsp31 akan mengkode sebuha protein 31-kDa. Pada awal mulanya teknik ini dikembangkan pada isolat bakteri dan  pada perkembangannya juga digunakan untuk mendeteksi Brucella spp. DNA pada sample klinis. Perlu dievalusi dalam hal ekstraksi DNA yang dapat menurunkan sensitivitas uji PCR. Perlu dicatat bahwa sebagian besar teknik ini telah divalidasi pada sampel manusia, namun beberapa laporan mengevaluasi penerapannya bagi sample klinis veteriner. Baru-baru ini satu teknik telah dievaluasi dengan baik untuk mendiagnosa Brucella suis biovar 2 pada sample klinis babi hutan yang berasal dari Swiss. Menjadi hal yang sulit untuk memberikan perkiraan sensitivitas dan spesifitas terhadap teknik teknik ini karena protokol-protokol uji menjelaskan bahwa masing-masing artikel tidaklah sama. Namun demikian, sebagai aturan umumn teknik PCR Brucellosis menunjukkan sensitivitas diagnostik yang lebih rendah daripada metode kultur, meskipun spesivitas mereka mendekati 100 %. Sejauh ini hasil terbaik dihasilkan dengan menggabungkan metode kultur dan deteksi menggunakan PCR pada sampel klinis.

Identifikasi Molekuler. Untuk dapat menentukan tipe dari Brucella spp., AMOS PCR multipleks, dinamai berdasarka penggunaannya yang untuk mendeteksi spesies abortus, mellitensis, ovis, suis. PCR ini beserta dengan protokolnya memungkinkan untuk dapat membedakan berbagai macam spesies Brucella dan membedakan antara vaksin dengan strain yang berasal dari alam liar. Namun demikian mereka tidak dapat membedakan semua biovar dari semua spesies Brucella. PCR multiplex “Bruce Ladder” adalah metode pertama yang di desain untuk mengidentifikasi dan mendifferensiasikan semua spesies Brucella yang telah dikenal dan strain vaksin pada uji yang sama. Kekurangan dari metode-metode yang dikembangkan dengan berdasar kepada PCR adalah dalam membedakan biovar-biovar dalam satu spesies Brucella yang mana hal ini memicu perkembangan teknik dan metode dalam menentukan tipe molekuler untuk Brucella spp., seperti metode analisa RFLP (restriction fragment Length Polymorphism) dengan berdasar kepada insersi sequence dengan nomor IS711. Namun demikian, metode ini belum  terbukti sebagai metode yang sangat berguna. PCR RFLP dengan berdasar kepada analisa restriksi terhadap gen Brucella dalam mengkode protein membran luar adalah metode yang sederhana untuk diterapkan, namun tingkat polimorfise adalah rendah dan tingkat ketahanannya lemah. Beberapa teknik identifikasi terbaru tampak menjanjikan untuk dapat mendifferensiasikan isolat dari biovar yang sama dari satu spesies yang ada : singler-nucleotide polymorphism, polimorfisme nukleotida tunggal, yang mendeteksi perbedaan nukleotida tunggal dalam urutan DNA dari satu spesies : MLSA, yang mendeteksi variasi sequence DNA dalam satu set gen-gen pemelihara tubuh, dan mengkarakterisasikan strain melalui profil unik allel mereka ; dan  MLVA yang menganalisa variasi lokus-lokus yang mengandung sequence yang diulang.


Untuk lebih singkatnya, metode identifikasi tipe secara klasik dapat membedakan biovar-biovar dari Brucella, namun, sebentar lagi singler-nucleotide polymorphism, MLSA, dan MLVA akan menjadi teknik identifikasi yang secara rutin dilaksanakan untuk dapat membedakan strain pada level biovar yang sama, yang memungkinkan analisa epidemiologi molekuler.

Sumber : ada  pada penulis