AFRICAN SWINE FEVER


ASF adakah penyakit viral eksotik yang sangat menular pada babi yang sangat mirip dengan Hog Cholera / Classical swine fever

Virus ASF :
  • Berrepiklasi di kutu Ornithodorus
  • Dapat ditemukan pada smeua jaringan dan semua cairan
  • Dapat bertahan dalam jangka waktu > 30 hari pada babi yang dikandangkan dan dapat bertahan >140 hari pada produk yang berasal dari babi
  • Strain memiliki virulensi yang tinggi
SPESIES PEKA
Hanya babi dan spesies sejenis yang peka

EFEK EKONOMI 
Terdapat potensi kerugian ekonomi yang sangat besar dikarenakan tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) akibat terjangkiti virus ini, termasuk karena pembatasan dalam lalulintas dalam perdagangan dalam negeri maupun internasional.

EPIDEMIOLOGI
ASF:
  • Dapat mengakibatkan kesakitan dengan tingkat morbiditas sampai dengan 100% pada kelompok babi yang belum terpapar
  • Tingkat kematian (morbiditas) bervariasi bergantung pada tingkat virulensi virus dan berkisar dari 0 % sampai dengan 100%
  • Dapat bersifat asimptomatis pada babi liar
  • Biasanya masa inkubasi berjalan dalam jangka waktu 4 s.d 20 hari


PENULARAN
Penularan dapat terjadi melalui :

  • Kontak langsung, biasanya melalui oronasal
  • Konsumsi terhadap sisa makanan yang terkontaminasi
  • Kontak dengan karkas yang terinfeksi
  • Secara tidak langsung melalui perkawinan dan fomitus
  • Serangga vector termasuk kutu Ornothodorus (secara biologis) dan lalat kendang (mekanik)
GEJALA KLINIS 
Gejala Klinis ASF
  • Bervariasi sesuai dengan bentuk penyakit (per-akut, akut, sub-akut, atau kronis) dan strain virus, jalur infeksi dan dosis infeksi
  • Termasuk demam, penurunan nafsu makan, erythema (kemerahan), cyanosis, lemah, diare, aborsi dan kematian
  • Dalam bentuk kronis, termasuk demam yang naik turun, kerdil, kurus, erythema multifocal, kenaikan luasan area yang mengalami nekrosis, batuk-batuk dan bengkak pada persendian yang tidak sakit

POST MORTEM
Lesi yang sering ditemukan

  • Hemoragi pada limpa (limpa membesar, rapuh, merah kelam atau hitam)
  • Hemoragi pada nodus limpatikus, ginjal dan hati
  • Nekrosis fokal pada kulit
  • Fibrinous Pericarditis
  • Lymphadenopathy menyeluruh
  • Persendian membengkak
  • Lobuli pada paru tersambung (saling berkaitan)

SAMPLE
berupa

  • Darah (tube biasa atau EDTA) yang berasa berasal dari hewan hidup
  • Jaringan segar yang berasal dari limpa, nodus lipmatikus, paru-paru, dan ileum dalam kondisi post mortum

TINDAKAN YANG DI AMBIL
jika merupakan suspect ASF

  • Segera hubungi nomor darurat animal disease watch atau segera hubungi dokter hewan terdekat
  • Lakukan isolasi terhadap individu hewan yang menjadi suspect dan segera laksanakan protocol biocontainment (termasuk pengendalian pengendalian pergerakan pada peternakan tersebut) sampai dengan terbit arahan dari otoritas veteriner pemerintah.

KATA PENGANTAR 

 ASF adakah penyakit viral yang sangat menular pada babi. Secara klinis sangat mirip dengan Hog Cholera / Classical swine fever, bahkan memiliki lesi yang sama dalam pemeriksaan post mortem. ASF dan CSF hanya dapat dibedakan melalui pengujian laboratorium.

Agen Penyakit dan Spesies peka
  • Adalah virus DNA ber-amplop, Genus Asfivirus, Famili Asfiviridae 
  • Berreplikasi pada kutu Ornothodorus
  • Ditemukan pada semua jaringan dan cairan
  • Sangat resisten terhadap inaktivasi
  • Virulensi pada setiap styrain sangat bervariasi. Di luar kebun binatang di Australia, hanya babi domestik dan babi liar yang merupakan spesies mamalia yang peka. Babi hutan Eropa juga rentan terhadap ASF dan menunjukkan tanda-tanda klinis dan dinamika penyakit yang serupa dengan babi domestic. Di Afrika, babi hutan (warthog), babi hutan raksasa, dan babi hutan bushpig berfungsi sebagai reservoir pada babi liar, dan memiliki infeksi yang tidak jelas.



Distribusi
ASF:
  1. Ada dihampir keseluruhan sahara di Afrika
  2. Pertama kali terdeteksi di luar Afrika pada tahun 1957 di Portugal, dan kemudian di Belgia, Brasil, Kuba, Republik Dominika, Prancis, Haiti, Italia, Malta, Belanda, Portugal dan Spanyol dari tahun 60an hingga 90an. Sejak itu penyakit ini telah diberantas pada sebagian besar negara-negara tersebut, tetapi endemis pada babi liar di Sardinia, Italia
  3. Wabah telah dilaporkan sejak Juni 2007 di banyak negara — terutama di sejumlah negara di Eropa tengah di mana penyakit itu sebelumnya tidak pernah dilaporkan, termasuk Georgia dan Rusia.
  4. wabah besar terjadi di Tiongkok pada tahun 2018 dan kemudian menyebar ke seluruh Asia Tenggara
  5. Untuk informasi terbaru tentang distribusi ASF, lihat situs web database informasi WAHIS dari Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE)

Kejadian di Australia
Tidak pernah ditemukan



Epidemiologi
Bentuk penularan

Penularan terjadi melalui ;
  • kontak dengan karkas yang terinfeksi---karkas babi yang mati karena ASF tipe akut mengandung virus yang lebih banyak daripada karkas babi carrier yang mati karena ASF tipe kronis sehingga lebih infektif terhadap babi yang lain. Karkas yang berasal dari babi carrier yang sakit kronis juga dikaitkan dengan penyebaran ASF
  • kontak langsung dengan babi terinfeksi--- virus ditumpahkan dalam konsentrasi tinggi di semua sekresi dan ekskresi yang mengandung darah. Infeksi oral dan pernapasan juga dapat terjadi di antara babi dalam kontak dekat. Memindahkan babi yang terinfeksi adalah cara paling penting untuk menyebarkan penyakit di antara babi. Babi liar bisa menjadi reservoir virus yang penting di Australia
  • vector---kutu lunak dalam golongan Ornithodorus sp. Merupakan vector penting pada beberapa area di Afrika. Virus ASF melakukan replikasi di kutu Ornithodorus dan infeksi dapat bertahan dalam periode waktu yang lama, memungkinkan virus tersebut ditularkan selama kutu tersebut menyedot darah inangnya. Aktivitas serangga haematophagus lainnya seperti lalat kandang (Stomoxys calcitrans) mengambil darah dari babi yang viremia diimplikasikan sebagai bentuk penyebaran mekanis virus ASF. Dua spesies Ornothodorus merupakan spesies asli Australia--- Ornithodoros capensis (kutu pinguin) and Ornithodoros gurneyi (kutu kanguru sederhana). Meskipun O. capensis hanya parasit burung laut, O. gurneyi dapat berada pada anjing, sapi, manusia, kuda, tikus, tikus, kelinci, dan kanguru (induk semangnya)
  • kontak dengan feces dan urin dari hewan terinfeksi
  • semen dan embrio---virus hadir dalam semen dan inseminasi buatan dan dapat menularkan virus. Perkumpulan Embrio Transfer Internasional telah mengindikasikan bahwa tidak ada cukup informasi untuk mencapai kesimpulan mengenai risiko penularan virus ASF melalui embrio, tetapi anda harus mengasumsikan penularan melalui transfer embrio dapat terjadi hingga terbukti sebaliknya.
  • memakan sampah makanan terinfeksi---Virus ASF memiliki kemampuan untuk bertahan hidup selama berbulan-bulan dalam daging mentah, tidak diproses, beku, serta daging yang disimpan pada suhu lemari es dan pada beberapa jenis ham yang telah diproses. Mengkonsumsi daging babi atau produk yang terinfeksi virus adalah cara penyebaran yang penting, dan biasanya dengan jalur tersebut ASF masuk ke suatu negara. Australia memiliki persyaratan impor yang ketat untuk mengatasi risiko serangan ASF dan pemberian sisa makanan adalah perbuatan melanggar hukum
  • peralatan---dikarenakan stabilnya virus ASF di ligkungan, kontak tidak langsung melalui peralatan peternakan babi yang sudah terkontaminasi, kendaraan dan peralatan lainnya (seperti jarum suntik) merupakan jalur penyebaran yang penting dari virus ASF ini
  • penyebaran melalui udara---Virus ASF tidak ditularkan melalui udara dari satu kandang babi ke kendang babi lainnya, tetapi ia menyebar melalui aerosol di dalam suatu kandang babi. Infeksi melalui pernafasan dapat terjadi diantara babi ketika terjadi kontak dalam jarak yang sangat dekat



Pergerakan Penyakit
  • setelah terjadi infeksi pada saluran pernafasan atas, virus kemudian akan berreplikasi di tonsil dan nodus limpatikus disekitar kepala dan leher, yang kemudian diikuti dengan penyebaran lebih luas melalui aliran darah
  • masa inkubasi biasanya 4-20 hari
  • gejala klinis bias jadi perakut, akut, subakut, atau kronik
  • dalam bentuk akut, durasinya adalah 1-19 hari dan mortalitas kasus bias sampai dengan 100%
  • dalam bentuk sub akut, durasi lebih lama (3-4 minggu) dan tingkat mortalitas penyakit lebih rendah, dimana kematian lebih sering terjadi pada babi yang masih muda
  • babi yang selamat dari penyakit akut atau terinfeksi oleh jenis virus ringan biasanya menjadi terinfeksi kronis setidaknya selama beberapa bulan. Namun, babi tersebut tidak segera mengeluarkan virus selama lebih dari 5 atau 6 minggu setelah infeksi awal dan peran mereka dalam penyebaran penyakit setelah itu tidak jelas.
  • dilaporkan bahwa sebagian besar babi yang dapat disembuhkan menjadi carrier virus untuk waktu yang lama, mungkin seumur hidup
  • penularan ke babi lain melalui kontak langsung dapat terjadi hingga 1 bulan setelah pemulihan dari infeksi


 Ketahanan Agen Penyakit 

Virus ASF

  • dapat bertahan 30 hari di dalam kendang dan 300 hari pada produk yang berasal dari daging babi
  • sangat resisten terhadap inaktivasi namun dapat dibunuh dnegna menggunakan temperature tinggi dan beberapa desinfektan---potassium peroxymonosulfate, hypochlorites, dan phenols serta komponen terkait(cresols)
Diagnosa dan Patologi
Gejala Klinis
Tanda bervariasi sesuai dengan apakah penyakit itu perakute, akut, subakute atau kronis.
Dalam bentuk peracute, babi biasanya ditemukan mati tanpa tanda-tanda klinis sebelumnya dan apabila terlihat maka gejala klinis yang muncul adalah demam dan hampir mati.
Dalam bentuk akut tanda-tanda adalah:

  • demam sampai dengan 42º C
  • hyperemia (kemerahan) atau cyanosis pada ekstremitas, sebagian kuping dan moncong hidung
  • kehilangan nafsu makan atau tidak teratur
  • tidak mampu berdiri atau kelemahan
  • konvulsi
  • inkoordinasi atau gaya berjalan yang kaku
  • berkerumun bersama atau menumpuk satu di atas yang lain
  • sesak napas atau batuk
  • disentri atau diare (seringkali berdarah)
  • konjungtivitis
  • keluarnya cairan mukopurulen dari hidung
  • muntah
  • abortus.
Dalam bentuk subakut gejala klinisnya adalah:
  • mirip bentuk akut tetapi umumnya lebih ringan dan bertahan lebih lama (3-4 minggu)
  • demam, yang dapat berfluktuasi tidak teratur dan dapat melebihi 40,5 ° C
  • terkadang, warna ungu di atas tubuh babi
  • perdarahan pada tempat suntikan
  • abortus.

Dalam bentuk kronis (umumnya terlihat pada babi yang selamat dari bentuk subakut) gejala klinisnya adalah:
  • demam yang naik turun
  • kesakitan, kerdil, dan kurus
  • pneumonia
  • radang sendi
  • cutaneus ulcers (bisul kulit)
  • kondisi tubuh yang sangat lemah.

Pathology 
 Dalam bentuk perakut mungkin tidak ditemukan lesi yang terlihat. Dalam bentuk akut, mungkin dapat ditemukan
  • nodus limpatikus yang membesar dan hemoragi, seringkali terdapat jendalan darah
  • nodus limpatikus pada area saluran pencernaan-hepar, ginjal, usus dan submandibular seringkali terpengaruh
  • pembengkakan limpa (2 sampai 3 kali ukuran normal), yang mungkin nekrotik, gelap, rapuh atau bergelembung
  • hemoragi pada hampir semua organ, yang umum dijumpai pada membran serosa dan di dalam ginjal (dalam bentuk ptechiae subcapsuler), jantung, kandung kemih, paru-paru dan kandung empedu
  • paru-paru mengalami oedema pada area tertentu yang terseptum, mengakibatkan septa interlobular yang menonjol
  • cairan dalam rongga tubuh

dalam bentuk sub akut temuan lebih bervariasi jika dibandingkan dengan bentuk akut dan termasuk diantaranya adalah
  • haemoragi pada nodus limpatikus dan ginjal
  • limpa membesar namn tidak sampai kongesti
  • lobus cranialis paru paru mengeras
  • perdarahan pada lapisan usus, kelenjar getah bening dan ginjal

dalam bentuk kronis temua yang didapati adalah
  • pembesaran nodus limpatikus
  • perikarditis fibrinosa dan radang selaput dada
  • pengerasan lobular paru-paru, yang dapat berkembang menjadi nekrosis lobular
  • massa putih kecil, keras, nodular di paru-paru
  • radang sendi
  • bisul kulit
  • kondisi tubuh yang buruk
  • yang lebih jarang terlihat adalah perdarahan pada organ-organ tambahan (petechiae, echymosa)
  • dan edema di paru-paru dan kandung empedu
Differensial Diagnosa
Banyak agen patogen virus dan bakteri pada babi yang sering dikacaukan diagnosanya dengan ASF meskipun infeksi secara bersama dimungkinkan terjadi. Hal penting untuk dipertimbangkan bahwa isolasi agen patogen yang lain tidak menihilkan kemungkinan infeksi oleh virus ASF. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam anggapan differensial diagnosa

penyakit ekostik
  • Aujeszky’s disease (gejala klinis respiratorik)
  • Classical swine fever/Hog Cholera (jangan mencoba membuat diferensiasi klinis Classical swine fever/Hog Cholera dan ASF)
  • porcine deltacoronavirus
  • porcine respiratory disease complex
  • porcine reproductive dan sindrom respiratorik
  • sindrome kelemahan multi sistemik pasca penyapihan (post-weaning multi-systemic wasting syndrome)
  • penyakit swine enteric coronavirus seperti yangn disebabkan oleh virus porcine epidemic diarrhoea
  • transmissible gastroenteritis



penyakit endemis
  • salmonellosis akut (diare)
  • septicaemia akut karena Streptococcus suis atau Haemophilus parasuis (Glässer’s disease)
  • infesi oleh pesti-virus lainnya seperti virus border disease and virus bovine viral diarrhoea (mucosal disease)
  • pasteurellosis (pneumonia)
  • porcine circovirus 2-dikaitkan dengan penyakit yang berhubungan yang menunjukan porcine dermatitis and sindrom nephropathy
  • erysipelas (lesi hemorrhagi pada kulit)

penyakit non infeksius
  • keracunan logam berat
  • keracunan garam dengan kekurangan air
  • thrombocytopaenia purpura (perdarahan, terutama pada babi berusia 2-3 minggu)
  • keracunan warfarin (menyebabkan kematian dengan perdarahan, umumnya sporadis)
  • segala penyebab penyakit kronis pada babi

Sample yang dibutuhkan
Kirim beberapa babi (setidaknya lima jika mungkin) untuk pemeriksaan post-mortem, karena masing-masing hewan mungkin memiliki variasi lesi yang besar. Rekam gambar gabungan dari semua lesi yang terlihat.


Koleksi sampel
Kumpulkan sample dari babi yang terpengaruh, terutama yang menunjukkan gejala demam, dibunuh segera sebelum pemeriksaan post-mortem dan dari babi yang baru saja mati termasuk anak babi yang lahir mati dan janin yang diaborsi). Kumpulkan:

  • serum, 30 sampel dari hewan yang diduga terinfeksi kronis
  • Darah EDTA (7-10 ml / hewan) dari hewan yang hidup dan terkena klinis
  • jaringan segar dari limpa, kelenjar getah bening (gastro-hepatik, mesenterika dan sub-mandibula) amandel, paru-paru, ginjal dan ileum (2 g dari setiap jaringan); sumsum tulang juga dapat berguna dari hewan liar mati yang telah mati untuk beberapa waktu, karena kemungkinan akan relatif terjaga dengan baik 
  • jaringan tetap, berbagai jaringan (termasuk otak) dalam formalin buffered netral


Transportasi Sampel
Untuk transportasi

  • sampel darah dalam kondisi dingin dan sampel jaringna yang tidak diawetkan disimpan pada suhu 4ºC atau dengan menggunakan gel beku
  • jangan mendinginkan sampel sampai dengan suhu -20ºC, hal tersebut akan mengurangi sensitivitas sampel ketika digunakan untuk isolasi virus dan uji diagnostik molekuler
  • kirim sample dengan menggunakan dry ice jika perjalanan pengiriman sampel membutuhkan waktu sampai dengan beberapa hari
  • jaringan yang sudah diberikan formalin dapat dikirim dengan suhu kamar



Pengiriman Sampel
Laboratorium negara bagian atau teritori yang relevan harus mengoordinasikan pengemasan sampel dan pemuatan dalam alat angkut untuk pengiriman ke CSIRO-AAHL


Uji Diagnostik
Anda harus memastikan diagnosis dengan pengujian laboratorium karena terdapat tumpang tindih dalam tanda-tanda klinis dan patologis yang terlihat di ASF dengan orang-orang dari sejumlah penyakit lain. Untuk diagnosis ASF:

  • pendekatan permulaan adalah dengan skrining dengan menggunakan real time PCR (qPCR). Terdapat antigen ELISA jika diperlukan dan isolasi virus akan dicoba untuk dilakukan. Kegiatan karakterisasi dan penentuan genotipe lebih lanjut dapat dilakukan dengan analisis terhadap sekuen dari sampel primer atau pada isolat uji serologis, namun pada umunya lebih penting untuk mendefiniskan sifat dan luasan wabah dan fase-fase pembuktian kebebasan penyakit.
  • pewarnaan histopatologi dan imunohistokimia juga merupakan tes diagnostik yang sangat membantu
Biocontainment dan PPD 
Tidak ada implikasi kesehatan masyarakat untuk ASF, tetapi Anda harus menerapkan protokol biocontainment sampai disarankan oleh otoritas veteriner pemerintah. Ini termasuk mengisolasi kasus-kasus yang dicurigai dan menggunakan dan membuang dengan tepat peralatan pelindung pribadi seperti sarung tangan, baju dan sepatu karet (atau sepatu bot sekali pakai). Anda perlu mendisinfeksi dan mendekontaminasi pakaian, kendaraan, dan peralatan secara menyeluruh sebelum meninggalkan properti.