Di antara beberapa
jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Fowl Typhoid merupakan
suatu penyakit septisemik pada unggas, yang dapat bersifat akut maupun kronis.
Fowtyphoid disebabkan oleh bakteri Salmonella gallinarum. Tanda-tanda serangan penyakit
yang akut atau kronis adalah pembesaran limpa, kepucatan hati dan diare.
Beberapa masalah yang belum dapat dipecahkan secara benar dalam mengontrol
ataupun mendiagnosa Fowl Typhoid ini antara lain:
- Metode yang dilakukan dalam mendiagnosa penyakit ini belum lengkap. Diantaranya adalah pemeriksaan mikrobiologi belum dilakukan sehingga kesulitan di dalam menentukan apakah itu penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
- Belum ada vaksin yang benar-benar efektif untuk mengatasi fowl Typhoid.
- Gejala klinis Fowl typhoid mirip dengan salmonellosis pada umumnya.
- Manajemen kandang yang kurang baik.
- Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik pada pakan ternak menyebabkan resistensi pada antibiotik sehingga lebih mudah terinfeksi oleh agen-agen bacterial yang patogen.
ETIOLOGI DAN MORFOLOGI
Fowl Typhoid disebabkan oleh bakteri Salmonella
gallinarum yang tergolong genus Salmonella dan famili Enterobacteriacrae.
Organisme ini berbentuk batang pendek dengan ukuran panjang 1,0- 2,0 μm dan
diameter 1,5μm, bersifat gram negatif, tidak membentuk spora, tidak mempunyai
kapsul dan non motil. Salmonell Gallinarum dapat tumbuh dengan baik pada agar
daging atau kaldo triptos dan pada berbagai media nutrient lainnya. Bakteri ini
bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan akan tumbuh baik pada temperature 37oC.
organisme ini akan tumbuh pada media selektif yang diperkaya, misalnya selenit
F dan kaldu tetrationat dan pada berbagai plat media, misalnya agar Mac Conkey,
brilliant green agar (BOA) dan salmonella shigella (SS) agar. (Tabbu, 2000)
Pada umumnya, ketahanan mikroorganisme ini hampir sama dengan
kelompok Salmonella pullorum ataupun paratyphoid salmonella. Bakteri
Salmonella typhoid akan mati pada temperatur 60°C selama 10 menit. Bakteri ini
akan bertahan hidup selama 20 hari di dalam air/pada tempat gelap tetapi akan
mati dalam waktu 24 jam jika kontak dengan sinar matahari. Kuman Salmonella
gallinarum akan mati di dalam larutan phenol 1:1000, larutan HgCl, 1 :
20000; larutan 1% KMnO4 dalam waktu 3 menit dan larutan 2%
formalin dalam waktu satu menit. Organisme ini tidak bertahan lama setelah
meninggalkan tubuh ayam. (Tabbu, 2000)
Kuman ini dapat hidup selama 228 hari di dalam pakaian yang
ditempatkan di dalam kamar gelap pada temperatur kamar; pada plastik pembungkus
sepatu kuman tersebut dapat hidup selama 93 hari. Rerata kemampuan hidup Salmonella
gallinarum di dalam feses pada ayam yang terinfeksi adalah 10,9 hari jika
disimpan di dalam kamar yang tertutup dan dapat bertahan selama 8,9 hari jika
disimpan di dalam kamar terbuka. Kuman tersebut dapat bertahan selama 3 minggu
di dalam litter yang tidak diganti dan selama 11minggu di dalam litter baru.
Jika kandang yang terinfeksi Salmonella gallinarum tidak ditempati, maka
kuman tersebut dapat bertahan selama 30minggu di dalam litter lama ataupun
litter baru. (Tabbu, 2000)
Kuman tersebut mempunyai antigen 0 1,9 dan 12 dan tidak
ditemukan adanya variasi yang melibatkan antigen 12 seperti pada Salmonella
pullorum. Antigen dinding sel mirip dengan antigen pada Salmonella
pullorum. Sehingga kelompok ayam yang terinfeksi dapat dideteksi dengan uji
serologik untuk pulorum. Salmonella gallinarum menghasilkan endotoksin
yang bersifat stabil pada temperatur 60°C selama satu jam.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang terlihat mirip dengan pullorum, walaupun
tidak spesifik untuk kedua penyakit tsb. Penyakit ini menyerang ayam umur 2
minggu dan kadang-kadang pada unggas umur lebih pada 4 minggu. Morbiditas dan
mortilitas bervariasi kematian biasanya kurang dari 20%. (Jordan 1990)
Masa inkubasi bervariasi antara 4-5 hari (tergantung pada
virulensi dari kuman tersebut). Proses penyakit biasanya sekitar 5 hari.
Kematian ayam pada suatu flok dapat berlanjut sekitar 2-3 minggu dengan
kecenderungan untuk kambuh. (Tabbu, 2000)
Tanda-tanda secara klinis adalah ayam terlihat kurus,
mengantuk, bulu kusam, mencicit, jengger pucat, nafsu makan menurun atau
hilang, kehausan, dan diare kuning kehijau-hijauan. (Akoso, 1993)
Untuk ayam yang mati pada fase akut mengalami septisemia,
kongesti otot skelet, hati berwarna merah gelap atau gelap, dan permukaannya
tampak berwarna berwarna merah tembaga. Lien/ limpa mengalami pembesaran dan
intestinum tenue mengalami enteritis cataralis.
Pada fase kronik, fowl typhoid biasanya ditemukan fokal nekrosis
pada jantung, usus, pancreas dan hati. Foki nekrotik putih abu-abu juga
terlihat pada myocardium, mucosa dan submucosa dari bagian depan dari
intestinum dan pancreas. Pada kantong pericardium terdapat cairan kekuningan
dan permukaan jantung terlihat eksudat fibrin. (Jordan, 1990)
PATOGENESIS
Ayam yang terinfeksi mempunyai peranan penting dalam penyebaran penyakit dan
sebagai sumber infeksi. Penularan penyakit ini terutama dari telur yang dapat
menyebar pada masa pengeraman, di tempat penetasan, di kotak anak ayam,
melalui peralatan yang tercemar oleh bahan yang mengandung bakteri Salmonella
Gallinerum.
Infeksi Salmonella semakin bertambah dengan didukung menajemen kandang yang
kurang baik. Akibatnya organ-organ viscera mengalami perubahan antara lain hati
berwarna merah gelap, permukaan merah tembaga, limpa membengkak karena ada
akumulasi agen bakteri sehingga sistem pertahanan tubuh menurun. Intestinum
tenue mengalami enteritis. Feses berwarna hijau keputihan dan encer. Hal ini
disebabkan proses fisiologis hepar terganggu. Secara fisik ayam tampak lemah,
lesu, karena nafsu makan turun, karena gangguan metabolisme dalam tubuhnya.
DIAGNOSIS
Diagnosis definitif untuk fowl typhoid memerlukan isolasi dan
identifikasi kuman. Riwayat kasus gejala klinik dan perubahan patologik sangat
sugestif dalam diagnosa infeksi fowl typhoid. Pada grower dan ayam dewasa,
pemeriksaan serologik akan membantu dalam menentukan suatu diagnosa yang pasti.
(Tabbu, 2000)
Untuk peneguhan diagnosis perlu dikirim hati, jantung, ginjal
dan paru-paru dalam keadaan segar dan dingin untuk isolasi dan identifikasi
bakteri di laboratorium. Potongan jaringan juga dikirim dalam formalin 10%,
terutama jaringan yang mengalami perubahan seperti hati, limfa, usus, dan organ
dalam yang lain.
PENCEGAHAN DAN
PENGOBATAN
Penanggulangan fowl typhoid yang efektif dapat dilakukan pada
tingkat breeding farm maupun petemakan komersial dengan menjalankan manajemen
dan pengamanan biologis yang ketat, penggunaan obat yang efektif untuk mengendalikan
dan mengobati letupan penyakit tersebut dan menghilangkan faktor pendukung
timbulnya infeksi kembali dengan Salmonella gallinarum. Evaluasi serologik
untuk mengetahui kejadian penyakit tersebut pada parent stock perlu
dilakukan secara rutin sesuai dengan ketentuan dan pemerintah.
Pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan preparat sulfa, nitrofuran dan antibiotic untuk menurunkan
kematian, atau sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dokter hewan. (Akoso,
1993)Artikel terkait
1. Newcastle Disease
2. Virus Herpes
3. Pencegahan Newcastle Disease (masa lalu, sekarang, dan masa depan)
4. Avian Influenza
5. Efek Temperatur Tinggi pada Performa Unggas