Pengujian diagnostik secara tidak langsung berdasar kepada deteksi
respon immun yang disebabkan oleh adanya infeksi. Metode uji ini menunjukkan
sensitifitas dan spesifitas yang berbeda dengan bergantung kepada misalnya
dosis infeksi dan rute infeksi, keberadaan “cross
reactive bacteria” yang memiliki
antigen yang mirip dengan yang dimiliki oleh Brucella spp., kinerja respon immun yang berhasil ditimbulkan, dan
juga bergantung pada status vaksinasi sebelumnya. Serologi adalah pilihan
metode untuk skrining terhadap pengendalian suatu penyakit atau program
eradikasi. Respon immun humoral yang
kuat diakibatkan oleh paparan. Respon IgG humoral
ada setelah terjadinya respon puncak (3-4 minggu post infeksi) dan dapat dideteksi dalam jangka waktu yang lama ( bisa sampai beberapa tahun). ; sebaliknya, respon IgM terjadi 2-3 minggu setelah infeksi dan dapat bertahan sampai dengan beberapa bulan. Respon immun selluler seperti yang diukur melalui skin test, bertahan lebih lama dan dapat dideteksi sampai dengan beberapa tahun. Dengan demikian, mengingat kinerja respon immun yang terjadi setelah infeksi, perbedaan waktu dalam melaksanakan pengujian akan mengakibatkan perbedaan pada hasil yang didapatkan.
ada setelah terjadinya respon puncak (3-4 minggu post infeksi) dan dapat dideteksi dalam jangka waktu yang lama ( bisa sampai beberapa tahun). ; sebaliknya, respon IgM terjadi 2-3 minggu setelah infeksi dan dapat bertahan sampai dengan beberapa bulan. Respon immun selluler seperti yang diukur melalui skin test, bertahan lebih lama dan dapat dideteksi sampai dengan beberapa tahun. Dengan demikian, mengingat kinerja respon immun yang terjadi setelah infeksi, perbedaan waktu dalam melaksanakan pengujian akan mengakibatkan perbedaan pada hasil yang didapatkan.
Kinerja produksi dan penghilangan dari isotipe immunoglobulin utama
selama terjadinya infeksi, dan aktifitas yang immunoglobulin ini pada uji
serologis yang berbeda, biasanya akan memudahkan dalam membedakan antara
infeksi akut dan kronis. Sebagai contoh, respon immun terhadap Brucella abortus adalah diproduksinya
IgM 2-3 minggu setelah dilakukannya infeksi percobaan, dan diproduksinya IgG
3-4 minggu setelah dilakukannya infeksi percobaan. Sehingga berlaku prinsip
prinsip berikut :
- Keberadaan IgM (terdeteksi dalam uji agglutinasi) dan IgG (terdeteksi pada uji iELISA) mengindikasikan infeksi brucellosis bersifat akut, sedangkan pada kasus brucellosis yang bersifat kronis ditandai dengan adanya IgG saja tanpa kehadiran IgM ;
- Sebuah hasil positif dalam uji agglutinasi, yang terutama mendeteksi keberadaan IgM, tidak menunjukkan brucellosis yang sesungguhnya kecuali jika di konfirmasikan dengan respon IgG yang positif melalui iELISA dalam jangka waktu 1 minggu
SAT, RB, dan BAT biasanya digunakan sebagai tes skrining untuk diagnosis
brucellosis sapi. Namun, OIE dan Uni Eropa baru-baru ini memutuskan untuk tidak
merekomendasikan penggunaan SAT karena mereka menganggap hal itu inferior jika
dibandingkan dengan tes standar lainny.
CFT digunakan sebagai uji konfirmasi setelah reaksi aglutinasi positif. Uji ini
secara bertahap digantikan oleh iELISA dan, baru-baru ini, oleh FPA. Semua uji
ini harus distandarisasi dan harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar
operasi yang telah di validasi oleh laboratorium yang telah terakreditasi.