Keguguran dapat disebabkan oleh agen infeksi atau non-infeksi. Agen infeksi meliputi bakteri, virus dan protozoa.
Bakteri yang menyebabkan pregnancy loss jarang sekali dilaporkan terjadi pada kucing. Contohnya pada kasus distokia dan stillbirth pada anak kucing biasanya disebabkan karena adanya asosiasi antara kondisi lingkungan dengan kontaminasi dari Salmonella typhimurium, yang berasal dari pakan kasar untuk semua kucing di tempatnya [31].
Kemudian pada kasus yang lain, percobaan dengan menggunakan infeksi dari Bartonella henselae akan menyebabkan terjadinya sub-fertilitas pada induk kucing, akan tetapi bakteri tidak menular lewat kopulasi, tranplasenta atau lewat colostrum dan susu.
Virus
Feline leukemia virus
Feline leukemia virus merupakan retrovirus yang menural secara horisontal dan sering ditemukan pada kucing yang diperbolehkan berkeliaran bersama kucing lain di luar rumah atau dalam satu rumah terdapat banyak kcing. Apabila terjadi infeksi feline leukemia virus akan menyebabkan abortus secara epidemik dalam suatu cattery [33]. Manajemen untuk mengontrol feline leukemia virus yaitu dengan melakukan uji serotipe pada semua kucing dalam suatu cattery dan menyingkirkan kucing yang terbukti positif [34]. Kucing dengan sejarah pernah terinfeksi feline leukemia virus dapat menyebarkan penyakit ini, oleh karena itu program vaksinasi dan treatment yang baik sangat penting untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit [35].
Feline immunodeficiency virus
Feline immunodeficiency virus (FIV) merupakan penyebab lain dari keguguran pada induk kucing. Pada suatu penelitian, induk kucing normal menghasilkan rata-rata 3.8 anak kucing dan 1 dari 31 konsepsi yang gagal sedangkan induk kucing yang terinfeksi FIV hanya menghasilkan 2.7 anak kucing dan 15 dari 25 konsepsi yang gagal, selain itu 14 dari 15 plasenta tampak adanya FIV. FIV dapat ditularkan secara horisontal dengan kontak langsung melalui gigitan maupun tidak langsung melalui sekresi susu dan semen [38]. Dengan vaksinasi sebagai kontrol untuk penyebaran infeksi FIV dapat mencegah terjadinya keguguran pada kucing.
Feline enteric corona virus
Feline enteric corona virus (FcoV) merupakan virus yang ada dimana-mana yang dapat menyebabkan feline infeksi peritonitis (FIP) pada beberapa kucing [39] dan [40]. FCoV itu endemic pada kebanyakan jenis kucing rumahan, dengan prevalensi serotipe 75-100% [40]. Setelah FcoV masuk dalam tubuh kucing 10% akan mengalami FIP, 13% menjadi sembuh dan carier serta sisanya 77% menjadi terinfeksi, virus dapat tahan di dalam feses selama beberapa bulan dan baru kemudian hilang yang dapat dengan mudah dapat menimbulkan infeksi kembali [41]. Fasilitas untuk kucing dengan titer FCoV yang tinggi sering menyebabkan terjadinya kegagalan reproduksi, abortus dan kematian fetus pada saat lahir [33]. Karena virus ini ada dimana-mana, menejemen pencegahannya dengan test dan removal program. Semua kucing yang ada di fasilitas harus ditest setiap 3-6 bulan dan hewan dengan test positif kandangnya harus dipisahkan dari hewan yang hasil testnya negatif. Induk dengan serotipe positif harus dikawinkan dengan pejantan yang serotipenya positif dan juga sebaliknya. Semua kucing yang keluar dari breeder harus disertai dengan surat yang menunjukan status serologisnya. Untuk mencegah penyebaran FCoV, litter box digunakan hanya untuk satu atau dua kucing, bersihkan semua litter box setidaknya sehari sekali dan didesinfektan satu minggu sekali, jauhkan litter box dari tempat pakan dan bersihkan litter box secara reguler [41].
Feline herpes virus
Infeksi feline herpes virus dapat menyebabkan viral rhinotracheitis. Induk kucing yang diinfeksi secara experimen lewat intranasal akan menyebabkan terjadinya abortus, gangguan pada pernafasan dan tidak ada lesi pada plasentanya saat dipreiksa [43]. Vaksinasi pada induk kucing sebelum breeding sangat dianjurkan untuk mencegah terinfeksinya penyakit ini.
Panleukopenia
Panleukopenia atau distemper disebabkan oleh parvovirus. Infeksi virus ini akan menyebabkan abortus atau anak lahir dengan menderita hypoplasia cerebelum, tergantung pada tahap kebuntingannya waktu terjadinya infeksi [33] dan [44]. Panleukopenia dapat dikontrol dengan pemberian vaksinasi sebelum breeding.
protozoa
Toxoplasma gondii merupakan protozoa yang hospes definitivnya adalah kucing. Kucing yang terinfeksi menyebarkan oocysta yang non infeksi dalam fesesnya. Sista kemudian mengalami sporulasi diluar tubuh kucing dan diingesti oleh hospes intermedier. Kucing terinfeksi karena memakan jaringan hewan yang mengandung sista tadi. Toxoplasmosis pada induk kucing bunting dapat menyebabkan terjadinya penyakit neurologi pada fetus dan biasanya disertai dengan terjadinya abortus serta anak kucing yang terinfeksi secara tranplasenta akan mati sebelum atau setelah lahir [33], [45], dan [46]. Tindakan pencegahan terhadap toxoplasmosis yaitu dengan tidak mengijinkan kucing berburu hewan seperti tikus dan tidak diberi pakan daging mentah [45].
Penyebab non-infeksi dari keguguran pada kucing meliputi hypoluteoidisme, abnormalitas kromosom, diet yang tidak tepat dan embriotoxic dan nutrisi untuk induk kucing. Selain itu keguguran dapat juga disebabkan oleh faktor lainnya.
hypoluteoidisme
Hypoluteoidisme disebabkan karena penghentian fungsi corpus luteum (CL) sebelum waktunya sehingga terjadi penurunan kadaar progesteron dalam darah yang kemudian diikuti dengan pregnancy loss. Corpus luteum merupakan tempat penghasil utama progesteron meskipun bukan satu-satunya tempat untuk sekresi progesteron selama kebuntingan. Yang perlu ditekankan adalah penyebab spontan turunnya dari fungsi CL belum diketahui secara pasti, hal ini dibuktikan dengan hasil sekresi dari uterus tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap fungsi dari CL [49]. Dengan demikian sista endometrial atau penyebab lain dari inflamasi uterus yang akan diikuti dengan releasenya prostaglandin tidak terlibat pada kejadian hypoluteoidisme.
abnormalitas kromosom
Abnormalitas kromosom pada anak kucing akan menyebabkan terjadi perkembangan gen lethal yang dapat berdampak terjadinya subfertilitas setelah kucing tersebut dewasa [33]. Induk dan kucing pejantan yang menghasilkan keturunan dengan kromosom yang abnormal tidak boleh dikembangbiakan antara satu dengan yang lainnya akan tetapi dapat dikawinkan dengan kucing yang lain
diet
Diet dapat menyebabkan penurunan performan dari reproduksi pada kucing, seperti malnutrisi dan defisiensi taurin. Kucing kemampuannya dalam mensintesa taurin sangat terbatas oleh karena itu diet akan taurin sangat dibutuhkan. Kucing yang mengalami defisiensi taurin akan mengalami abortus selain itu juga dapat menyebabkan anak kucing lahir dengan berat badan yang rendah [50] dan [51]. Pakan komersial yang sudah mempunyai sertifikat dari American Association of Feed Control Officials (AAFCO) sudah mempunyai kandungan taurin yang cukup.
faktor lain
Induk kucing bisanya mengalami pregnancy loss tanpa disebab yang jelas. Hasil penelitian dari lima ekor kucing dengan sejarah pernah mengalami pregnancy loss selama masa kebuntingannya menunjukan adanya nekrosis multifokal pada plasentanya yang diikuti dengan kematian fetus dan mengalami autolisis, akan tetapi tidak ada infeksi organisme ataupun proses patologi pada saat diidentifikasi.
Sulit untuk membedakan keguguran pada usia muda dengan kurangnya konsepsi pada induk kucing. Abnormalitas tersebut membuat adanya kebuntingan menjadi tidak diketahui. Pemeriksaan fisik yang lengkap dan diagnosa yang seksama sangat dibutuhkan (Tabel 1). Diagnosa yang pasti tentang masalah ini akan membuat manajemen pada cattery atau perawatan pada induk kucing menjadi lebih baik, sehingga akan meningkatkan fertilitas dari kucing tersebut.
*pustaka ada pada penulis
agen infeksi
bakteri
Bakteri yang menyebabkan pregnancy loss jarang sekali dilaporkan terjadi pada kucing. Contohnya pada kasus distokia dan stillbirth pada anak kucing biasanya disebabkan karena adanya asosiasi antara kondisi lingkungan dengan kontaminasi dari Salmonella typhimurium, yang berasal dari pakan kasar untuk semua kucing di tempatnya [31].
Kemudian pada kasus yang lain, percobaan dengan menggunakan infeksi dari Bartonella henselae akan menyebabkan terjadinya sub-fertilitas pada induk kucing, akan tetapi bakteri tidak menular lewat kopulasi, tranplasenta atau lewat colostrum dan susu.
Virus
Feline leukemia virus merupakan retrovirus yang menural secara horisontal dan sering ditemukan pada kucing yang diperbolehkan berkeliaran bersama kucing lain di luar rumah atau dalam satu rumah terdapat banyak kcing. Apabila terjadi infeksi feline leukemia virus akan menyebabkan abortus secara epidemik dalam suatu cattery [33]. Manajemen untuk mengontrol feline leukemia virus yaitu dengan melakukan uji serotipe pada semua kucing dalam suatu cattery dan menyingkirkan kucing yang terbukti positif [34]. Kucing dengan sejarah pernah terinfeksi feline leukemia virus dapat menyebarkan penyakit ini, oleh karena itu program vaksinasi dan treatment yang baik sangat penting untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit [35].
Feline immunodeficiency virus (FIV) merupakan penyebab lain dari keguguran pada induk kucing. Pada suatu penelitian, induk kucing normal menghasilkan rata-rata 3.8 anak kucing dan 1 dari 31 konsepsi yang gagal sedangkan induk kucing yang terinfeksi FIV hanya menghasilkan 2.7 anak kucing dan 15 dari 25 konsepsi yang gagal, selain itu 14 dari 15 plasenta tampak adanya FIV. FIV dapat ditularkan secara horisontal dengan kontak langsung melalui gigitan maupun tidak langsung melalui sekresi susu dan semen [38]. Dengan vaksinasi sebagai kontrol untuk penyebaran infeksi FIV dapat mencegah terjadinya keguguran pada kucing.
Feline enteric corona virus (FcoV) merupakan virus yang ada dimana-mana yang dapat menyebabkan feline infeksi peritonitis (FIP) pada beberapa kucing [39] dan [40]. FCoV itu endemic pada kebanyakan jenis kucing rumahan, dengan prevalensi serotipe 75-100% [40]. Setelah FcoV masuk dalam tubuh kucing 10% akan mengalami FIP, 13% menjadi sembuh dan carier serta sisanya 77% menjadi terinfeksi, virus dapat tahan di dalam feses selama beberapa bulan dan baru kemudian hilang yang dapat dengan mudah dapat menimbulkan infeksi kembali [41]. Fasilitas untuk kucing dengan titer FCoV yang tinggi sering menyebabkan terjadinya kegagalan reproduksi, abortus dan kematian fetus pada saat lahir [33]. Karena virus ini ada dimana-mana, menejemen pencegahannya dengan test dan removal program. Semua kucing yang ada di fasilitas harus ditest setiap 3-6 bulan dan hewan dengan test positif kandangnya harus dipisahkan dari hewan yang hasil testnya negatif. Induk dengan serotipe positif harus dikawinkan dengan pejantan yang serotipenya positif dan juga sebaliknya. Semua kucing yang keluar dari breeder harus disertai dengan surat yang menunjukan status serologisnya. Untuk mencegah penyebaran FCoV, litter box digunakan hanya untuk satu atau dua kucing, bersihkan semua litter box setidaknya sehari sekali dan didesinfektan satu minggu sekali, jauhkan litter box dari tempat pakan dan bersihkan litter box secara reguler [41].
Infeksi feline herpes virus dapat menyebabkan viral rhinotracheitis. Induk kucing yang diinfeksi secara experimen lewat intranasal akan menyebabkan terjadinya abortus, gangguan pada pernafasan dan tidak ada lesi pada plasentanya saat dipreiksa [43]. Vaksinasi pada induk kucing sebelum breeding sangat dianjurkan untuk mencegah terinfeksinya penyakit ini.
Panleukopenia atau distemper disebabkan oleh parvovirus. Infeksi virus ini akan menyebabkan abortus atau anak lahir dengan menderita hypoplasia cerebelum, tergantung pada tahap kebuntingannya waktu terjadinya infeksi [33] dan [44]. Panleukopenia dapat dikontrol dengan pemberian vaksinasi sebelum breeding.
protozoa
Toxoplasma gondii merupakan protozoa yang hospes definitivnya adalah kucing. Kucing yang terinfeksi menyebarkan oocysta yang non infeksi dalam fesesnya. Sista kemudian mengalami sporulasi diluar tubuh kucing dan diingesti oleh hospes intermedier. Kucing terinfeksi karena memakan jaringan hewan yang mengandung sista tadi. Toxoplasmosis pada induk kucing bunting dapat menyebabkan terjadinya penyakit neurologi pada fetus dan biasanya disertai dengan terjadinya abortus serta anak kucing yang terinfeksi secara tranplasenta akan mati sebelum atau setelah lahir [33], [45], dan [46]. Tindakan pencegahan terhadap toxoplasmosis yaitu dengan tidak mengijinkan kucing berburu hewan seperti tikus dan tidak diberi pakan daging mentah [45].
sebab non-infeksi
Penyebab non-infeksi dari keguguran pada kucing meliputi hypoluteoidisme, abnormalitas kromosom, diet yang tidak tepat dan embriotoxic dan nutrisi untuk induk kucing. Selain itu keguguran dapat juga disebabkan oleh faktor lainnya.
hypoluteoidisme
Hypoluteoidisme disebabkan karena penghentian fungsi corpus luteum (CL) sebelum waktunya sehingga terjadi penurunan kadaar progesteron dalam darah yang kemudian diikuti dengan pregnancy loss. Corpus luteum merupakan tempat penghasil utama progesteron meskipun bukan satu-satunya tempat untuk sekresi progesteron selama kebuntingan. Yang perlu ditekankan adalah penyebab spontan turunnya dari fungsi CL belum diketahui secara pasti, hal ini dibuktikan dengan hasil sekresi dari uterus tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap fungsi dari CL [49]. Dengan demikian sista endometrial atau penyebab lain dari inflamasi uterus yang akan diikuti dengan releasenya prostaglandin tidak terlibat pada kejadian hypoluteoidisme.
abnormalitas kromosom
Abnormalitas kromosom pada anak kucing akan menyebabkan terjadi perkembangan gen lethal yang dapat berdampak terjadinya subfertilitas setelah kucing tersebut dewasa [33]. Induk dan kucing pejantan yang menghasilkan keturunan dengan kromosom yang abnormal tidak boleh dikembangbiakan antara satu dengan yang lainnya akan tetapi dapat dikawinkan dengan kucing yang lain
diet
Diet dapat menyebabkan penurunan performan dari reproduksi pada kucing, seperti malnutrisi dan defisiensi taurin. Kucing kemampuannya dalam mensintesa taurin sangat terbatas oleh karena itu diet akan taurin sangat dibutuhkan. Kucing yang mengalami defisiensi taurin akan mengalami abortus selain itu juga dapat menyebabkan anak kucing lahir dengan berat badan yang rendah [50] dan [51]. Pakan komersial yang sudah mempunyai sertifikat dari American Association of Feed Control Officials (AAFCO) sudah mempunyai kandungan taurin yang cukup.
faktor lain
Induk kucing bisanya mengalami pregnancy loss tanpa disebab yang jelas. Hasil penelitian dari lima ekor kucing dengan sejarah pernah mengalami pregnancy loss selama masa kebuntingannya menunjukan adanya nekrosis multifokal pada plasentanya yang diikuti dengan kematian fetus dan mengalami autolisis, akan tetapi tidak ada infeksi organisme ataupun proses patologi pada saat diidentifikasi.
Sulit untuk membedakan keguguran pada usia muda dengan kurangnya konsepsi pada induk kucing. Abnormalitas tersebut membuat adanya kebuntingan menjadi tidak diketahui. Pemeriksaan fisik yang lengkap dan diagnosa yang seksama sangat dibutuhkan (Tabel 1). Diagnosa yang pasti tentang masalah ini akan membuat manajemen pada cattery atau perawatan pada induk kucing menjadi lebih baik, sehingga akan meningkatkan fertilitas dari kucing tersebut.
*pustaka ada pada penulis
artikel terkait :
- Gejala Klinis dan Langkah Menentukan Diagnosa Gejala Peritonitis
- Diare ; Penyebab dan Mekanismenya
- Radang Mulut (Stomatitis) pada Hewan
- Urolithiasis / Kencing Batu pada Anjing dan Kucing
- Gejala, Patogenesa dan Diagnosa Radang Ginjal (Nephritis) pada Hewan
- Enteritis pada Hewan
- Radang Lambung Pada Anjing dan Kucing (Gastritis pada Hewan Kecil)
- Kucing ; Abnormalitas Kebuntingan
- Kucing : Karakteristik Kebuntingan Normal
- Kucing ; Kondisi Hormon pada Masa Kebuntingan